Hukuman pada Anak Tak Harus Mengerikan, Coba Cara Ini
- Pixabay/Esudroff
VIVA – Saat anak berbuat kesalahan atau tidak mematuhi apa yang diperintahkan orangtua, seringkali memancing emosi, hingga tak jarang omelan bahkan hukuman diberikan agar anak jera. Tapi, apakah cara ini tepat dilakukan?
Menurut psikolog Anna Surti Ariani, memberikan hukuman atau teguran bisa dilihat dari usia si anak. Pada anak usia di bawah 4 tahun, pada dasarnya hukuman tidak dibutuhkan. Yang perlu dilakukan orangtua adalah memberi jeda atau batasan yang berbeda.
"Misalnya, anak tidak mau mandi padahal sudah waktunya mandi, bisa ditarik dengan cara 'ayo seru lho, mandinya, kamu bisa pakai baju renang, bisa main air,' dialihkan dengan yang lain," ujar psikolog yang akrab disapa Nina saat ditemui di sebuah acara di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu, 18 April 2018.
Atau, orangtua bisa menahan anak dari haknya. Misalnya, anak diingatkan kalau belum mandi dia tidak boleh main, atau jika makannya tidak selesai belum boleh main. Jadi, bukan memberikan hukuman.
Sedangkan untuk anak usia di atas 4 tahun, barulah orangtua bisa memberikan teguran yang tegas supaya anak bisa menjalankan kegiatan yang diarahkan orangtua.
"Hukuman yang diberikan itu bukan yang mengerikan, tapi yang relevan dengan kegiatan anak tersebut, misalnya mengarahkan anak agar mandi sendiri yang bisa menumbuhkan potensi kemandiriannya," kata Nina.
Kalau anak tidak mau melakukan itu, orangtua bisa mengingatkan dengan cara, 'Kalau gayungnya tidak digerakkan mandinya enggak akan selesai, kalau mandinya belum selesai, belum bisa pakai baju, kalau belum pakai baju, belum bisa main.'
Cara lain adalah dengan membuat anak duduk tenang. Contoh kasus, anak habis memukul temannya, orangtua bisa memberikan jenis hukuman dengan meminta anak duduk tenang. Nina mengatakan, biasanya lama duduk tenang ini disamakan dengan usia anak. Kalau anaknya berusia 4 tahun, duduk tenang bisa selama 4 menit dan seterusnya.