Nikah dengan Pria Bule Masih Sering Dicibir
- Pixabay/AdinaVoicu
VIVA – Pelaku pernikahan campur atau pernikahan beda warga negara, masih kerap diganjar stereotipe negatif dari masyarakat. Seperti diceritakan Juliani W. Luthan, Ketua Organisasi Perkawinan Campuran Indonesia.
"Kadang kita masih suka dilihatin dari atas sampai bawah dan balik lagi, ketika misalnya jalan dengan suami kita," ungkap Ani, sapaan akrabnya, saat ditemui di perayaan Dasawarsa Perkawinan Campuran Indonesia, di kawasan Cikinj, Jakarta Pusat, 11 April 2018.
Ia mengatakan, masih ada masyarakat Indonesia yang memandang negatif, terutama bagi para perempuan yang menikah dengan warga negara asing seperti dirinya. Menurut Ani, ini terkait faktor sejarah masa lalu, di mana Indonesia dijajah sangat lama oleh bangsa asing. Sehingga stigma dan stereotipe yang demikian masih kerap muncul.
"Mungkin karena kita terlalu lama dijajah, ya, jadi ketika melihat orang kita jalan dengan orang asing, pandangannya sudah negatif duluan, padahal tidak seperti itu," ungkap dia.
Ani sendiri mengakui memang tidak mudah mengubah cara pandang yang telah mengakar tersebut. Namun lewat organisasinya, selain memperjuangkan hak-hak bagi para pelaku perkawinan campuran, ia juga ingin masyarakat bisa lebih terbuka melihat perbedaan tersebut.
"Saya akui memang tidak mudah, kami ingin mengubah, kami ingin menampakkan, pelaku kawin campur kita sama, kok, dengan perkawinan suku lainnya. Entah orang Jawa dengan Batak, atau yang lainnya," kata dia.
"Kita sebetulnya juga enggak ada bedanya. Ya, bedanya hanya WNI dan WNA saja," ujarnya menambahkan.