Alasan Kenapa Banyak Pria Takut Jadi Ayah
- Pixabay
VIVA – Menjadi seorang ibu adalah impian banyak wanita dewasa, bahkan sejak masih di masa remajanya. Namun bagi sebagian pria, impian menjadi seorang ayah ternyata bukan hal yang dirancangnya untuk masa depan.
Sebuah sensus di Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Parenting, memaparkan bahwa yang dianggap orangtua utama, sejatinya adalah ibu. Sedangkan peran ayah, dilabeli sebagai rekan pengasuhan anak. Dengan kata lain, dalam area pengasuhan, ibu adalah CEO, dan ayah adalah wakil presiden regional.
"Sangat disayangkan betapa prinsip keluarga ini belum berubah setelah 50 tahun berlalu, wanita masih menjadi yang paling bertanggung jawab untuk bekerja di rumah (mengasuh anak)," ujar wakil dari sensus Bereau's Fertility and Family Statistics Branch, Lynda Laughlin.
Ternyata, alasan di balik hal ini ada pada penggambaran momen ayah yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak. Coba perhatikan, saat masa kanak-kanak, anak perempuan sudah bermain boneka dan memiliki konsep seorang ibu adalah pahlawan. Sementara, anak laki-laki cenderung merasa bahwa pahlawan adalah sosok fiksi yang sering hadir di film seperti Superman atau Batman.
Selain itu, wanita biasanya akan merasa tersanjung dengan topik pembicaraan terkait momen menjadi ibu kelak. Sementara kaum pria, pembicaraan tersebut terkesan sangat berat dan cenderung mengalihkannya dengan impian memiliki mobil super keren di masa mendatang.
Di samping itu, minimnya kehadiran dari sosok ayah, membuat anak lelaki kesulitan menemukan mentor tepat untuk memberi arahan menjalani peran sebagai ayah. Dengan tidak adanya sosok inspirasi ideal menjadi ayah, maka banyak anak laki-laki yang enggan menjadi ayah.
Sebaliknya, para pria justru lebih memilih berkutat dengan kesibukan otomotif atau hobi lainnya, yang beriringan dengan jiwa kelelakiannya.
Sebagai gambaran sederhana, wanita akan bersorak bahagia ketika mengetahui dirinya hamil. Tapi ketika pria diumumkan akan menjadi ayah, mereka kaget, mengangkat bahu, yang menandakan bahwa ia tidak yakin akan menjadi ayah yang baik.