97 Persen dari 4.500 Pelajar SMP/SMA Akses Pornografi
- Pixabay.com/Geralt
VIVA – Kehadiran internet bisa berdampak positif bagi pengetahuan anak. Namun, jika tidak dibekali dengan pengetahuan dan pendampingan dari orangtua, internet dapat membawa dampak negatif.
Seperti hasil temuan ECPAT Indonesia di 6 (enam) Kabupaten/Kota pada 2017 lalu, ditemukan fakta yang menyimpang, di mana anak-anak terpapar pornografi melalui ponsel pintar.
"Penelitian kami menemukan berbagai fakta di mana sebagian anak yang mengakses pornografi ini ternyata melakukan kekerasan seksual pada anak lainnya," ungkap Executive Director, ECPAT International, Dorothy Rozga dalam pertemuan Internet Aman untuk Anak, di kawasan Thamrin Jakarta Pusat, Selasa 6 Februari 2018.
Sebuah survei lain yang dilakukan PornHub menemukan tahun 2015 dan 2016, Indonesia menunjukkan ranking kedua pengakses pornografi setelah India. Dari jumlah ini, sekitar 74 persen adalah generasi muda, selebihnya adalah generasi tua. Komisi Perlindungan Anak Indonesia juga mencatat bahwa dari 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 kota, jumlah yang mengakses konten pornografi mencapai 97 persen.
"Dengan gambaran yang disebutkan di atas maka, situasi anak-anak yang mengakses konten pornografi sudah sangat mengkhawatirkan, dengan kata lain sudah terjadi situasi genting," tambah Dorothy.
Kegentingan itu, lanjut Dorothy, karena telah terjadi penyimpangan penggunaan internet oleh anak-anak ke arah narative content. Kemudian juga ada tren oleh orang dewasa yang memanfaatkan anak-anak untuk tujuan seksual.
"Contohnya maraknya tipu daya anak untuk melakukan live streaming secara telanjang, ada juga tindakan memperjualbelikan anak untuk tujuan komersial melalui internet," tegas dia.
Untuk itu, dia berharap makin banyak pihak yang terlibat untuk mendalami langkah dan mendorong keterlibatan masyarakat mewujudkan internet yang aman untuk anak.