Menjajal Kuliner Sego Sangit Sambal Kopi di Lereng Gunung
- Viva.co.id/Juna Sanbawa
VIVA – Yogyakarta salah satu kota yang memiliki ragam kuliner yang tak habis diburu. Salah satu kuliner yang layak dicoba adalah Waroeng Ereng Ereng yang dalam Bahasa Jawa, berarti lereng perbukitan.
Persis seperti namanya, warung ini berada sekitar 400 meter dari objek wisata Gua Jepang, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul.
Uniknya, sebelum mencapai tempat tersebut, para pengunjung akan berpapasan dengan Sendang Surocolo yang terdapat dua pohon besar berusia puluhan tahun. Tak jauh dari Sendang tersebut, ada jalan menurun yang curam, warung akan ditemui setelah masuk gang sekitar 50 meter.
Meski harus menempuh medan cukup sulit, namun banyak pemburu kuliner yang berdatangan ke warung milik Jemi Kanas. Pria 39 tahun ini merintis Waroeng Ereng Ereng sejak satu tahun terakhir.
Pendampingan dari aktivis Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, membuat menu-menunya bercitarasa restoran mewah. Tak heran, meski di tengah desa beberapa tokoh penting dan artis pernah menyambanginya.
“Dulu bertemu Pak Irsyam dari PHRI lalu saya diajari banyak hal sampai bisa membuka warung ini. Belum ada setahun seniman Butet Kertarajasa sudah mempir ke sini,” katanya kepada VIVA ditemui di Yogyakarta.
Sego Sangit Sambal Kopi menjadi andalannya. Menu lain seperti Ayam Buntel Bumbu Ingkung, serta Wedang Eereng-Ereng dan Wedang Kahyangan juga turut menjadi favorit. Disajikan dengan apik dibalut suasana pedesaan membuat banyak orang kaget ketika pertama kali datang.
Sega Sangit Sambal Kopi ini merupakan paket makan dengan menyajikan nasi bakar, ayam panggang, sayur, dan tentu sambal kopi yang khas. Jemi memberikan sentuhan dan komposisi yang sangat berbeda dengan nasi bakar pada umumnya.
“Nasi dan ayam kita panggang, namun bukan matang karena panas api tapi karena asap arangnya,” terang ayah tiga anak ini.
Dengan hanya mengasapi, menurut Jemi aroma daun pisang sebagai pembungkus dan daun kemangi yang dimasukkan dalam nasi menjadi kuat. Sedangkan taburan ikan teri goreng di dalam gulungan nasi bakar ini memberikan rasa gurih seperti nasi uduk tanpa santan.
Untuk ayam panggangnya, pria yang sempat beberapa kali beralih profesi ini memasaknya terlebih dahulu selama sehari semalam. Sehingga, bumbu rempah mampu merasuk hingga daging terdalam.
“Ayamnya kita ungkep dulu semalaman, baru kita panggang, tidak alot tapi tekstur dagingnya masih terjaga,” paparnya.
Menu unik yang dijualnya seharga Rp35 ribu per-porsi ini bukan tiba-tiba muncul begitu saja. Pria asal Kebumen ini mengakui, sambal kopi buatannya ini hasil eksperimen berbulan-bulan. Uji coba ini mengembangkan resep keluarganya, di mana membuat sambal dengan berbagai bahan termasuk kopi.
Kemudian, Jemi mencari komposisi terbaik agar sambal ini memiliki citarasa khas tanpa ada bahan yang mendominasi rasa. Sambal kopi buatannya ini berwarna kehitaman seperti sambal terasi, rasa pedas dengan aroma kopi yang lembut memberikan sensasi unik di lidah.
“Hampir enam bulan saya coba baru bisa dapat komposisi yang pas, sambal (kopi) ini saya kembangkan dari racikan ibu saya di Kebumen dulu,” sebut suami Koesmiyati ini.
Menyantap Sega Sangit Sambal Kopi akan lengkap jika ditutup dengan minum Wedang Ereng Ereng. Minuman khas dengan rempah-rempah dan irisan pisang ini disajikan dengan diseduh.
Berbeda dengan wedang uwuh, minuman rempah ini tidak terlalu banyak komposisi yang disajikan sehingga hangat rempahnya terasa lembut ditenggorokan. Irisan pisang di dasar gelas menjadi seperti kudapan dengan rasa segar buah-buahan.
“Suasana di lereng perbukitan ini sering memiliki hawa dingin, jadi minuman ini sebagai penghangat,” ujarnya.