Restoran Legendaris Rindu Alam Bakal Tinggal Kenangan
- VIVA.co.id/Muhammad AR
VIVA – Restoran legendaris di puncak, Bogor, Rindu Alam akan menjadi tinggal kenangan. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana membongkar rumah makan yang telah berdiri sejak 1980 tersebut.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar mengatakan, pembongkaran Rumah Makan Rindu Alam bakal dilangsungkan 17 November mendatang. Lokasi yang berada di puncak pass ini digadang-gadang bakal disulap jadi area publik ruang terbuka hijau.
Namun rencana itu rupanya ramai ditolak netizen di jagad maya. Terutama karena rumah makan ini banyak menyimpan kenangan warga yang pernah singggah ke sana.
VIVA.co.id mencoba menelusuri awal berdiri restoran ini. Siswandi (57), salah seorang pekerja, menjadi saksi hidup dirintisnya restoran Rindu Alam. Lelaki paruh baya itu sudah bekerja di restoran ini sejak tahun 1983.
Pria asal Kebumen yang tinggal di Desa Cipandawa, Kecamatan Pacet, Cianjur ini saban hari naik jemputan menuju lokasi restoran. Kekek tiga cucu ini mengatakan, restoran ini dikelola oleh Letjen Ibrahim Adji, salah satu pahlawan nasional kemerdekaan berpangkat jenderal bintang tiga.
“Dulu pak Ibrahmi Adji dua minggu sekali ke sini,” katannya saat ditemui VIVA.co.id, Minggu 22 Oktober 2017.
Saat mengelola restoran, mantan pangdam Siliwangi itu tak sendiri. Ia mengajak salah satu pengusaha restoran minang bernama D.S Mangkuto.
Awalnya, restoran ini menyajikan masakan Padang, Sunda. Namun belakangan mengubah daftar menu pada 2010 dengan seluruh makanan nusantara. Saat ini restoran juga menyajikan masakan barat dan China.
Harga makanan di sini variatif mulai dari Rp20-140 ribu. Menu andalannya ayam goreng Rindu Alam. Sedangkan, daftar termahal pepes ayam bambu bakar Ikan mas kecil cabai ijo.
Saat ini, orang kepercayaan keluarga Ibrahim Adji lah yang mengelola. Rindu Alam sempat diturunkan pada anaknya bernama Haji Bondol Adji. Kemudian bagian surpervisor diserahkan kepada cucu Ibrahim, bernama Adam Adji.
Sedangkan, garis keturunan DS Mangkuto dikelola oleh anaknya, Haji Saeful dan adiknya, Haji Zulkarnain.
Karyawan berharap restoran tetap beroperasi
Siswandi mengatakan, pemilik dan pengelola menerapkan sistem bagi hasil bagi karyawannya. Pembagiannya 60 persen untuk gaji karyawan, dan 40 persen keuntungan bagi pemilik.
Hingga saat ini, Rindu Alam menjadi lokasi favorit masyarakat Jakarta dan Bogor. Restoran ini telah didatangi para aktor senior, mulai dari Eva Arnaz, Roy Martin, Berry Prima, Rano Karno, Desi Ratna Sari, dan Legenda Film Warkop Dono, Kasino, Indro.
“Bahkan ada yang membuat film di sini,” katanya.
Bagi Siswandi, Rindu Alam adalah sandaran hidupnya. Ia berharap pemerintah membatalkan eksekusi restoran tersebut. Lebih baik, kata dia, diambil alih dengan menjadi milik pemerintah.
Cucu dari Letjen Ibrahim Adji, Adam Adji, mengungkapkan, restoran ini didirikan oleh dua sekawan. Mereka adalah Ibrahim Adji dan DS Mangkoto. Di tahun 1980-an, keduanya mengajukan penyewaan lahan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tepatnya, diajukan 1979 dan izin akhirnya keluar 1980.
Kemudian dilanjutkan pembangunan dengan mengganti bangunan lama yang ada pada 1981. Adam mengatakan, saat ini seluruh karyawan senior dan pengelola tengah menghadiri sidang gugatan Rindu Alam.
“Semua ada di Bandung. Saat ini kontrak dari 2015 hingga 2020 diputus di tengah jalan pada 2017. Nanti akan menghadiri sidang susulan minggu depan,” ucapnya. (mus)