Dodol Kates, Oleh-oleh Yogyakarta yang Diburu Wisatawan
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Oleh-oleh dodol identik dengan daerah Garut, Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, dodol juga diproduksi di daerah lain dengan bahan baku berbeda.
Seperti produksi dodol di Dusun Semampir, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini. Berbeda dari biasanya, dodol ini memanfaatkan pepaya atau kates, bukan beras ketan seperti yang dibuat di Garut, Jawa Barat.
Nina Trinawati, Ketua II Kelompok Wanita Tani Sido Makmur yang memproduksi dodol berbahan utama kates atau pepaya mengatakan proses produksi dodol kates tak berbeda dengan dodol dari Garut yang menggunakan beras ketan.
"Proses pembuatan dan bahan hampir sama, yang berbeda tidak menggunakan beras ketan namun diganti kates atau pepaya," katanya saat ditemui di rumah produksi dodol kates, Senin, 25 September 2015.
Menurutnya, dodol kates ini sengaja dipilih untuk memanfaatkan pepaya desa yang biasanya dibuang atau untuk makanan hewan, karena kalah dengan pepaya jenis California yang kini marak dibudidayakan masyarakat.
"Harga pepaya desa itu hanya seribu perkilogramnya," ucapnya.
Untuk proses pembuatan dodol kates yang pertama disiapkan bahan baku di antaranya pepaya yang sudah matang, tepung terigu, gula jawa, gula pasir, vanili, margarin, dan garam.
Pepaya setengah matang kemudian dikupas, direndam dalam air yang mengandung kapur sirih agar getah pepaya hilang selama satu jam. Selanjutnya pepaya diparut dan diperas, dihilangkan airnya.
Bahan pepaya yang siap selanjutnya dimasak dengan bahan yang lainnya seperti tepung terigu, gula jawa, dan gula pasir, serta margarin.
"Masaknya kurang lebih selama empat jam hingga dipastikan hingga kalis atau matang," tuturnya.
Setelah dodol kates jadi, selanjutnya didinginkan, lalu dikemas dan dimasukkan dalam kemasan ukuran 250 gram dan 200 gram.
"Untuk sekali memproduksi dodol dengan jumlah kates 15 kilogram bisa menjadi 100 kemasan ukuran 250 gram dan 120 kemasan untuk ukuran 200 gram," ucapnya.
Untuk pemasarannya, setiap minggu kirim ke pusat oleh-oleh bisa mencapai 400 kemasan dengan harga kemasan 250 gram Rp10 ribu dan kemasan 200 gram Rp6 ribu.
"Ketika liburan permintaan juga bertambah banyak," kata Arifi Laili, Ketua I KWT Sido Makmur.
Tak hanya dodol kates, KWT Sido Makmur juga memproduksi makanan oleh-oleh berbahan baku dari kates atau pepaya seperti minuman mates paris, manisan pepaya, permen, dan kerupuk.
"Pepaya bisa dimanfaatkan untuk berbagai makanan olahan yang alami dan tanpa bahan pengawet," tuturnya.