RM Sayur Asem Betawi H Masa yang Legendaris, Tak Pernah Sepi
- Viva.co.id/Anisa Widiarini
VIVA.co.id – Aroma jengkol semerbak tercium dari dalam rumah makan. Terlihat beberapa mobil mewah terparkir di Rumah Makan Sayur Asem Betawi H. Masa, Pondok Aren. Tepat di depan tempat parkir, kerumunan orang terlihat mengantre untuk menyendok nasi beserta lauk pauk yang disajikan prasmanan.Â
Rumah Makan H. Masa Memang tak pernah sepi, sajian sayur asem dan makanan khas Betawi yang disajikan tak pernah gagal menggugah selera makan para pengunjung. Yang paling terkenal adalah sajian sayur asem khas betawi. Sayur asem ini sangat dikenal dan termasuk salah satu yang legendaris karena berdiri sejak tahun 1980.
Ya, sudah 30Â tahun rumah makan ini berdiri. Membangun usaha rumah makan dengan mempertahankan cirikhas budaya dan nilai luhur Indonesia memang tidak mudah, terlebih banyaknya sajian dan menu makan populer mulai menggerus sajian kuliner Indonesia.
Mpok Yuli, salah satu penerus usaha RM H. Masa generasi ke tiga mengisahkan awal mula kakeknya mendirikan usaha rumah makan.
"Resepnya itu turun temurun. Awalnya Nenek buyut saya yang punya resep dan menurunkannya ke ibu saya bu H. Somih yaitu istri dari pak H. Masa," ujar Yuli.
Lebih lanjut Yuli mengisahkan bahwa sebelum membuka rumah makan, mendiang H Masa berjualan ayam potong di pasar.Â
"Dulu pak H masa jualan ayam potong, lalu sekitar tahun 80an, buka warung nasi di sini. Awalnya belum jual sayur asem, hanya ada nasi uduk, warungnya juga masih bambu dan belum berbentuk permanen seperti sekarang. Kemudian berkembang dan akhirnya jualan sayur asem banyak yang suka," kenangnya.Â
Bu H Somih yang kreatif kemudian mengembangkan resepnya, hingga jenis menu yang disajikan juga bertambah.
"Bu Haji Somih yang melengkapi bumbu dan menunya. Di tahun 1996 rumah makan ini mulai besar. Sekarang jenis ikan yang disajikan juga ada 7 macam, salah satunya mujair, sama ikan gabus yang paling favorit."
Meskipun mengusung konsep prasmanan, uniknya masakan yang disajikan selalu segar.
"Dulu belum banyak rumah makan yang pakai konsep prasmanan, baru kita aja. Pengunjung baru turun kendaraan bisa langsung 'nyendok' dan enggak perlu menunggu lama. Semua yang disajikan di sini segar, ketika habis langsung dimasak. Enggak ada yang disimpan sampai besok," ungkap Yuli.
Dalam sehari, Yuli mengaku minimal ada 300 hingga 500 orang perhari yang mengunjungi rumah makannya. Tak hanya warga sekitar, pekerja kantoran juga sering datang untuk makan siang.
Sayur asem legendaris
Sayur asem yang disajikan sangat khas. Yuli menceritakan ada komponen tambahan yang tidak ada dalam sayur asem lainnya.
"Kami pakai jengkol beweh kecipir dan oncom. Itu yang khas," ujarnya.
Jengkol beweh adalah jengkol yang ditanam dalam tanah selama seminggu lamanya hingga tumbuh tunas.
Selain jengkol beweh, cita rasa sayur asem juga masih dijaga pemiliknya, Yuli mengakui bahwa ibunya masih melakukan kontrol terhadap rasa masakan yang disajikan.
"Bu haji alhamdulillah masih sehat. Meski sudah kepala enam, beliau masih belanja bahan pokok dan melakukan kontrol citarasa masakan," ungkapnya.
Harga setiap masakan yang disajikan juga tak merusak kantong. Yuli mengatakan semua dijual sewajarnya.
"Harga mulai Rp2 ribu hingga Rp25 ribu. Untuk sayur asem satu mangkok Rp10 ribu saja," ungkapnya.
Rumah makan ini buka setiap hari dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Sedangkan weekend tutup lebih cepat pukul 3 sore.