Dodol Betawi Bang Rizal, Resep dari Zaman Kolonial
- Viva.co.id/Bimo Aria
VIVA.co.id –Selain kerak telor dan gado-gado, salah satu kuliner yang juga menjadi ciri khas asal Jakarta adalah Dodol Betawi. Meski mungkin jarang dijajakan di jalan, makanan khas ini sering ditemui di sejumlah acara budaya Betawi mulai dari khitanan hingga pernikahan.
Soal Dodol Betawi, salah satu nama yang cukup terkenal ialah Dodol Betawi Bang Rizal. Dodol yang disebut-sebut telah berdiri dari tahun 1879 ini telah diwariskan turun-temurun hingga tiga generasi.
Menurut Ridwan, seorang pekerja Dodol Betawi Bang Rizal yang ditemui VIVA.co.id saat acara Kampoeng Legenda, di Mal Ciputra, Jakarta Barat, dodol Betawi Bang Rizal terkenal dengan bahan dasar yang menggunakan ketan putih asli dengan campuran gula aren dan juga durian.
"Tapi sekarang kami juga ada inovasi pakai ketan hitam, kalau ketan hitam ini baru-baru ini saja. Baru lima tahun belakangan saja," ungkap Ridwan saat ditemui, Kamis 10 Agustus 2017.
Dalam pembuatannya, Ridwan mengatakan bahwa dodol mesti terus diaduk hingga waktu tertentu agar adonan tersebut tidak menggumpal dan keras. Saat ditanya adakah perbedaan proses dalam pembuatan dodol dari dulu hingga sekarang, Ridwan mengatakan, yang membedakan hanya bahan bakar untuk memasaknya.
"Kalau dulu pakai kayu, sekarang sudah pakai gas. Tapi sebetulnya tidak mengubah rasa karena bahan dasarnya tetap. Kalau pakai kayu itu bisa diaduk sampai seharian, tapi kalau gas maksimal tiga jam," ungkap Ridwan.
Menurut Ridwan, seluruh bahan yang digunakan masih alami dan tidak menggunakan bahan kimia buatan, sehingga dodol ini hanya mampu tahan paling lama hingga satu pekan. Untuk penjualan, selain dijual dalam bentuk potongan kecil, dodol ini juga dijual dalam ukuran kiloan. Harga satu kilonya berkisar Rp80-100 ribu.
"Tapi kami juga bisa jual setengah kiloan, kalau ada pembeli yang ingin beli tidak terlalu banyak," kata dia.
Selain dodol, beragam makanan lain yang juga ditawarkan di antaranya wajik, ada geplak, kembang goyang, dan makanan ringan khas Betawi lainnya. (art)