Ketahui Proses Panjang Pembuatan Dodol Betawi
- VIVA.co.id/Isra Berlian
VIVA.co.id – Dodol menjadi salah satu kuliner khas Betawi yang sering dijumpai ketika Lebaran. Namun, jika ingin merasakan dodol Betawi yang asli, maka Anda bisa langsung datang ke daerah Setu Babakan.
Mpok Sami adalah salah satu warga asli Setu Babakan yang telah lama menggeluti usaha jualan dodol yang kini diteruskan oleh sang anak. Ia menjelaskan bahwa proses pembuatan dodol yang dilakukannya dulu berbeda dengan pembuatan dodol saat ini, yang mana saat ini lebih banyak menggunakan beras ketan.
"Kalau saya dulu bikinnya pakai campuran beras putih dan beras ketan. Kalau sekarang kan ada yang pakai beras putih, ada yang enggak. Emang sih kalau pakai beras ketan adonannya lemas," ucapnya kepada VIVA.co.id saat ditemui di Setu Babakan baru-baru ini.
Dia pun menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat dodol di antaranya adalah kelapa, gula merah, gula putih, beras putih dan beras ketan.
"Biasanya yang dilakukan pertama buat bikin dodol itu masak santan untuk minyak. Nanti minyaknya itu untuk gongso-gongso beberapa bahan," paparnya.
Minyak yang dihasilkan dari santan kelapa ini katanya jauh lebih enak dibandingkan menggunakan minyak yang ada di pasaran. Aromanya pun jauh lebih enak.
Setelah membuat santan, kemudian ia akan memasak gula merah di wadah yang berbeda Setelah gula merah masuk, kemudian dicampur dengan gula putih.
"Kalau masak biasanya takaran berasnya 10 kilogram. Perbandingannya 5 kilogram beras dan 5 kilogram beras ketan, gula merahnya 7 kilogram, gula putihnya 3 kilogram," tambahnya.
Di tempat yang berbeda, ia kemudian menguleni tepung beras bersama dengan 10 liter santan.
"Gula merah itu diganting, dibersihin dulu dari ampas kelapanya, baru deh campur beras dan ketan. Baru diaduk, semua bahan dijadiin satu," ucapnya.
Proses pencampuran antara gula dengan beras itu membutuhkan waktu hingga tujuh jam lamanya, harus diaduk terus tanpa henti sampai akhirnya menghasilkan dodol. Proses pemasakannya pun menggunakan kayu pohon rambutan. Namun, belakangan ini lebih banyak menggunakan batang bambu agar arang tidak menempel di kuali.