Pangek Ikan, Sarden Tradisional Minangkabau
- Viva.co.id/SatriaPermana
VIVA.co.id – Dilihat sekilas, bentuknya memang mirip gulai ikan. Tetapi, ini bukan gulai ikan. Namanya adalah pangek ikan.
Pangek merupakan salah satu kuliner tradisional Sumatera Barat. Bahan utamanya adalah ikan, baik jenis nila, mas, kembung, atau bilih, semua bisa diolah menjadi makanan ini.
Terlihat biasa memang, tetapi sebenarnya tidak. Pangek Ikan punya cita rasa yang khas.
Kuah kuningnya tak terlalu banyak seperti gulai. Kental, dan bisa meresap sampai ke dalam dagingnya.
Rasanya sangat kaya. Asam saat mengecap bagian luar, namun terasa gurih dan manis, ketika kita makan bagian dagingnya.
"Ikannya macam-macam. Bisa ikan nila, kembung, mas, tongkol, dan semacamnya. Cara memasaknya juga tak sembarangan dan memakan waktu selama dua hingga tiga jam," kata pemilik rumah makan Pangek Situjuah Soekarno Hatta, Payakumbuh, Supriyadi Datuk Rky Muliah, kepada VIVA.co.id.
Bukan cuma nikmat rasanya, pangek ikan juga memiliki kekhasan lain, yaitu tulangnya yang lapuk layaknya melalui proses presto. Namun, cara memasaknya bukan dipresto.
Supriyadi rela membongkar cara memasak pangek ikan yang jadi khas rumah makan miliknya. Memasak pangek ikan, hampir mirip dengan membuat gulai.
Hanya saja, lebih nikmat memasak pangek ikan dengan kayu bakar. Selain itu, sebelum dimasak, pangek ikan harus dibalur bumbu-bumbu terlebih dahulu.
"Bumbunya sih sama saja, ada kunyit, bawang merah, bawang putih, dan bahan-bahan lain. Tapi, ada komponen satu yang bisa membuat pangek mengeluarkan aroma dan rasa yang khas. Yaitu, menggunakan daun kesambi dan daun asam," terang Supriyadi.
"Saat dimasak, sebenarnya harus ditutup terus ikannya. Tak boleh dibuka. Jadi, bumbu meresap ke dalam daging dan tulangnya lapuk seperti sarden," lanjut dia.
Pangek ikan sebenarnya lebih nikmat dipadu dengan pangek cubadak (nangka). Makanan ini pada masa lalu hanya dikonsumsi dalam upacara adat keagamaan.