Lumpia Cap Go Meh, Kudapan Imlek Khas Semarang
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id – Bagi Anda yang merayakan Hari Raya Imlek di Kota Semarang, jangan lewatkan untuk mencicipi kuliner khas kota ini. Salah satu kudapan Imlek paling fenomenal adalah Lumpia Cap Go Meh.
Dari namanya, kuliner Lumpia memang menjadi ciri khas Ibu Kota Jawa Tengah itu. Lumpia sendiri merupakan kudapan khas berupa dadar gulung berisi rebung, daging dan bahan lain. Makanan ini merupakan perpaduan budaya Jawa Semarang dengan Tionghoa sejak 1870 silam.
Â
Lumpia dengan imbuhan penamaan Cap Go Meh sebenarnya tak jauh beda dengan lumpia yang ada. Bedanya, makanan ini hanya dibuat saat perayaan Imlek. Uniknya lagi, lumpia Cap Go Meh tersaji dengan diguyur sayur lodeh ditambah sambal goreng ati untuk menambah cita rasa.
Menurut Harjanto Halim selaku Ketua Komunitas Pecinan Pasar Semawis, menu Lumpia Cap Go Meh hanya ada di Semarang sebagai simbol akulturasi budaya Jawa dan China menjadi suatu keharmonisan. Filosofi dalam Lumpia Cap Go Meh itu tersaji dalam balutan bumbu kental sangat khas bumbu Jawa dan China.Â
"Bila (Imlek) tahun-tahun sebelumnya kita pakai lontong, maka dua tahun terakhir kita hidangkan pakai lumpia, biar tambah enak," kata Harjanto, Kamis, 26 Januari 2017.
Terkait penyajian makanan ini, menurut Harjanto, juga sangat khusus. Lumpia Cap Go Meh baru disajikan pada sebuah tradisi bernama 'Tok Panjang' yang berarti tradisi pesta makan bersama di sebuah meja sepanjang 200 meter. Tok Panjang ini pun menjadi pembuka Pasar Imlek Semawis di kawasan Pecinan, Semarang.
Tok Panjang. Foto: VIVA.co.id/Dwi Royanto (Semarang)
"Untuk Tok Panjang tahun ini diikuti 300 orang. Kita ingin mengakrabkan semua warga Tionghoa baik  yang tinggal di Semarang maupun para turis yang datang," paparnya.
Pasar Semawis digelar selama tiga hari untuk menyambut Imlek tahun Ayam Api pada 28 Januari 2017 mendatang. Sejumlah rangkaian acara besar tersaji dalam kegiatan khas Semarang ini. Mulai dari festival aneka macam kuliner, upacara khas Imlek hingga arena hiburan seperti penampilan Wayang asli China bernama Wayang Potehi.Â
Saat ini, sedikitnya 3.000 penduduk asli Tionghoa bermukim di Kota Semarang. Keberadaan mereka telah membaur jadi satu dengan warga pribumi setempat, khususnya di kawasan Gang Pinggir, Pecinan.Â
Sementara untuk perayaan Imlek di jalanan Gang Pinggir sudah berlangsung 14 kali sejak 2002 silam. Kegiatan Imlek di Semarang bahkan menjadi pionir Imlek di Indonesia yang mampu menarik wisatawan asing untuk datang. (one)