Menguak Kendala Kuliner Indonesia Sulit Go International
- VIVA.co.id/Ochi April (Yogyakarta)
VIVA.co.id – Kuliner Indonesia memang terkenal akan keragamannya. Beberapa mungkin sudah dikenal hingga mancanegara. Namun, tampaknya kuliner Indonesia belum terkenal layaknya makanan Jepang, Thailand atau China.
Padahal sebenarnya, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa menyuguhkan panganan unik yang hanya bisa ditemukan di Tanah Air. Namun apa kendalanya untuk bisa go international?
Menurut Chef Rahmat Kusnaedi, selaku President of Indonesia Pastry Alliance, ada beberapa kendala yang saat ini masih terjadi di kalangan pelaku industri kuliner terutama dari kalangan industri kuliner rumahan. Misalnya saja masalah kebersihan, masih ada pelaku yang mengabaikan masalah yang satu ini.
"Kita banyak sekali yang memproduksi makanan rumahan namun belum memperhatikan hygiene-nya (kebersihan)," kata Chef Rahmat saat menceritakan pengalamannya menjadi juri untuk kreasi oleh-oleh Nusantara beberapa waktu lalu.
Selanjutnya adalah masalah kemasan. Tidak hanya membungkus makanan agar terhindar dari debu saja, kemasan juga mengandung nilai estetika dan akan lebih baik mengangkat kekhasan daerah masing-masing.
"Inner packaging yang berkaitan langsung dengan makanan itu harus diperhatikan, begitupula outer packaging yaitu yang akan dilihat calon pembeli, kalau ada cerita mengenai makanan tersebut lebih bagus," kata dia.
Lebih lanjut kendala lain adalah konsistensi. Konsisten dalam segi kualitas rasa. Anda mungkin pernah menemukan satu makanan yang sama, dibeli di tempat yang sama namun dengan kualitas yang berubah setelah beberapa kali pembelian. Sebaiknya konsisten dalam menggunakan bahan terutama dalam hal kualitas bahan.
Kemudian yang terakhir adalah masalah keaslian. Bahan, kata Chef Rahmat, dapat memengaruhi keaslian rasa. Sebaiknya pertahankan bahan baku asli dalam membuat makanan.
"Kadang harusnya bahannya dari beras diganti tepung akhirnya enggak enak atau santan bikinnya yang dari perasan pertama jadi instan. Boleh pabrikasi tapi faedah lokalnya harus ada," kata dia.