Buah Segar di Jakarta Masih Belum Aman

Buah-buahan.
Sumber :
  • Pixabay/romanov

VIVA.co.id – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia  menilai masih banyak titik rawan atas penyimpangan dan pelanggaran terhadap produk beredar buah segar.

Masalah Lalat Buah 'Mrutu' di Dapur? 8 Cara Ampuh Mengusirnya dengan Mudah!

Dari hasil pengujian YLKI, ditemukan tiga indikator penyebab produk buah segar yang beredar di pasaran, khususnya Jakarta masih rawan dan tidak aman dikonsumsi. Indikator tersebut adalah minimnya akses informasi produk buah segar, rantai distribusi yang masih bermasalah, dan penggunaan bahan berbahaya dalam menjaga buah segar.

YLKI menilai bahwa produk buah segar sejauh ini belum menyediakan informasi secara jelas, benar, dan jujur seperti yang dibutuhkan konsumen. Informasi yang dimaksud meliputi tanggal panen, asal buah, dan nutrisi yang tekandung di dalamnya.

Toko Buah Baru Dibuka Langsung Trauma, Gegara Banyak yang Nyicip tapi Tak Beli

Sejauh ini informasi buah segar hanya terdapat di peti kemasan dan tidak terakses oleh konsumen.

"Analisa label tidak banyak dilakukan, informasi sangat minim. Informasi label hanya 36 persen pada buah lokal dan 66 persen produk buah impor. Seperti informasi negara asal," ujar Eva Rosita, Staf Bidang Penelitian YLKI, saat konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta, Senin, 5 Desember 2016.

Gejala Awal Diabetes dan Pilihan Menu Makan untuk Menurunkan Kadar Gula Darah

Informasi yang tersedia, lanjut Eva, juga masih membingungkan konsumen. Misalnya, apakah buah itu memang ditanam di tempat sesuai namanya, atau bibitnya yang berasal dari sana dan ditanam di Indonesia, contohnya pepaya California yang memang ditanam di Indonesia.

Selain itu, menurut hasil uji residu pestisida yang dilakukan YLKI pada produk buah lokal dan impor di Indonesia menemukan bahwa tidak ada paparan pestisida. Uji residu yang dilakukan adalah residu pestisida jenis organofosfat yang memang banyak digunakan di seluruh dunia.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari dua pasar tradisional di Jakarta yang masih banyak menjual produk buah tradisional dan tiga ritel modern yang cukup besar di Jakarta.

Di samping itu, rantai distribusi  juga menjadi salah satu permasalahan dalam peredaran produk buah segar di Indonesia. Bahkan untuk buah lokal di Indonesia harus melalui sembilan rantai distribusi hingga bisa sampai ke tangan konsumen.

"Panjangnya rantai distribusi membuat jangka waktu dari panen hingga konsumsi menjadi sangat lama sehingga kondisi buah tidak lagi segar dan kehilangan nutrisinya. Akibatnya, banyak pedagang melakukan treatment pada buah segar menggunakan bahan kimia yang berbahaya," ucap Eva menambahkan.

YLKI pun mengimbau kepada pemerintah agar rantai distribusi buah lokal bisa dipangkas dan para petani bisa melakukan good agriculture practice untuk menjamin kualitas buah lokal yang aman.

Ilustrasi buah-buahan berry

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya