Furnitur Berbahan Rotan Dilirik Perusahaan Asing
- VIVA.co.id/Bimo Aria Fundrika
VIVA.co.id – Furnitur berbahan rotan masih dianggap sebagai bahan yang terkesan kuno dan ketinggalan zaman. Saat ini masyarakat cenderung lebih memilih furnitur berbahan dasar besi atau kayu. Namun, pemikiran itu di coba diubah oleh desainer Abdi Abdillah.
"Mindset tentang rotan masih minim, malah konotasinya kurang baik. Rotan dianggap mudah rusak memang karena skema prosesnya. Saya sadar bahwa cukup banyak struggle untuk membuat rotan yang baik dan diterima masyarakat Indonesia," kata Abdi ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Berkat tangan terampilnya, furnitur berbahan dasar rotan nampak menarik hingga bisa diterima oleh pasar. Tak hanya itu, hasil karya pria lulusan Institut Teknologi Bandung jurusan desain grafis ini juga dilirik dan diminati perusahaan asing.
"Kami kemudian development sama timnya dari Italia dan di-develop di Indonesia. Kami lalu dapat invitation dari Milan Design Week 2016, rotan ini sejajarkan dengan karya-karya desainer internasional ternama lainnya. Lukis Chair sekarang jadi koleksi di Capellini. Kalau di sini, bisa dibeli di reseller resminya," kata Abie.
Saat ini kursi rotan karya Abdi dijual di gerai Capellini Italia dan beberapa distributor resminya di Indonesia. Di Italia, produk itu dijual seharga €1500 Euro atau sekitar Rp 21 jutaan.
Desain furnitur di buat Abdi nampak terlihat klasik dan minimalis, awalnya Abie terinspirasi dari rotan itu sendiri yang populer di tahun '80-an dan '90-an yang mana juga era kejayaan bulu tangkis. Ia pun membuat desain tempat duduk dalam ruangan itu seperti raket.
"Ya, saya rasa rotan ini bisa kita maksimal kan lagi. Karena meskipun terlihat sederhana, jika kita tahu selera pasar, maka akan banyak peminatnya," katanya.
(mus)