Mempopulerkan Jamu Tradisional Lewat Gaya Hidup
- Pexels/Nikolay Osmachko
VIVA.co.id – Sama halnya dengan kopi, minum jamu diyakini bisa menjadi tren. Dengan mengubah kebiasaan dan gaya hidup untuk rutin minum jamu, tidak menutup kemungkinan popularitas jamu tradisional Indonesia terangkat.
Menurut tokoh masyarakat sekaligus anggota DPR, Dede Yusuf, jamu bisa menjadi populer dengan mendorong masyarakat untuk mengonsumsinya secara rutin. Menurutnya, hal itu harus dimulai dengan dorongan dari pemerintah.
"Jamunya yang mana yang mau dijadikan jamu nasional? Perlu kesepakatan nasional karena harus dimulai dari pemerintah, yaitu presiden. Misal temulawak wajib diminum setiap hari," ujar Dede ditemui di acara Percepatan Pengembangan Obat Herbal Modern Asli Indonesia melalui JKN, di The Sultan Hotel, Jakarta, Rabu, 16 November 2016.
Setelah itu, kata dia, Menteri Pariwisata RI bisa menjadikannya tren di kalangan masyarakat. Apalagi, dengan semakin diminatinya jamu oleh masyarakat, para pedagang bisa menjualnya dalam ragam varian yang lebih menarik.
"Misal di kafe-kafe, disediakan temulawakcino, paduan temulawak dan kopi. Saat kebutuhan meningkat, maka menteri pariwisata bisa jadikan ini untuk terus menjadi tren," katanya lagi.
Meski demikian, Dede berpendapat, konsumsi jamu masih harus ditelusuri lebih lanjut. Meski bermanfaat pada tubuh, tidak menutup kemungkinan jamu bisa mengakibatkan permasalahan pada kesehatan.
"Saya dari kecil sudah dikasih jamu sama orangtua, seperti kunyit asam, temulawak, beras kencur pasti ada di lemari es. Pasti ada manfaatnya, tapi ditakutkan ada bahayanya, jadi sebaiknya tetap lakukan penelitian lanjut terkait jamu,” ujarnya menambahkan.