Mengenal Dekopon, Jeruk Kaya Vitamin C dari Negeri Sakura
- VIVA.co.id/Bimo Aria Fundrika
VIVA.co.id – Sekilas, memang tidak ada yang berbeda saat melihat buah jeruk dekopon. Namun, jika dilihat lebih dekat pada sisi ujungnya, jeruk ini memiliki semacam bagian yang menonjol yang menjadi ciri khas dari jeruk satu ini.
Buah yang merupakan hasil persilangan dari kiyomi dan ponkan ini berasal dari Jepang. Menurut Syah Angkasa, pemerhati pertanian, nama asli jeruk ini adalah shiranui, sedangkan dekopon sendiri merupakan sebuah nama dagang.
Tapi karena banyak yang lebih mengenal dengan dekopon, jadilah ini dinamai jeruk dekopon," katanya saat ditemui VIVA.co.id di Fruit & Vegie Festival, yang digelar di Teras Berlian, Blok M Square, Jakarta Selatan, Jumat 26 Agustus 2016.
Di Indonesia, jeruk ini banyak ditemui di daerah Lembang, Bandung. Hal ini menurut Syah karena jeruk dekopon memang memiliki corak buah yang hanya dapat tinggal di dataran tinggi.
"Kalau di dataran rendah warnanya kuning. Kalau di daerah dingin mestinya dengan budidaya yang bagus warnanya akan oranye. Kalau di dataran rendah kulitnya jadi pucat dan keriput," katanya.
Jeruk yang memiliki tekstur lebih besar daripada jeruk pada umumnya ini, memiliki kulit yang sedikit tebal, dan jika sepintas dilihat bentuknya lebih mirip dengan buah pir. Seperti jeruk pada umumnya, jeruk dekopon juga mempunyai kandungan yang sama. Namun, menurut Syah, kandungan vitamin C yang terdapat dalam jeruk dekopon lebih banyak dibandingkan dengan jeruk-jeruk lainya. Tentu, rasanya pun lebih segar dari jeruk biasanya.
Menurut Syah, jeruk dekopon juga merupakan tanaman genjah, atau tanaman yang cepat berbuah.
“Ini bisa berbuah hanya dalam satu atau dua tahun," katanya.
Namun, ia melanjutkan, jika ingin membiarkan jeruk dekopon ini berbuah, sebaiknya tunggu hingga batang penopang jeruk cukup kuat. Itu karena jeruk yang ukurannya cukup besar, yakni bisa mencapai satu kilogram ini bisa membuat batang yang kecil menjadi melengkung dan berisiko patah.
"Lebih bagus dipangkas atau dirompes pada saat masih bunga, karena bunga dan buah itu menguras energi yang ia manfaatkan untuk pertumbuhannya," katanya.