Ahli Gizi: Kolak Jangan Dikonsumsi saat Buka Puasa
VIVA.co.id – Pola makan saat bulan Suci Ramadan meski tergolong menurun, namun memberikan dampak serius terhadap berat badan. Hal itu dikarenakan lemahnya kontrol makan saat buka puasa.
Staf Ahli Gizi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Jawa Barat, Ides Haeruman Taufik mengimbau, buka puasa dengan menu air putih dan kurma atau buah buahan, menjadi menu ideal agar tidak berdampak serius terhadap asam lambung.
Biasanya, menu air putih dengan kurma atau buah buahan biasanya terjadi di luar rumah atau ketika dalam perjalanan.
"Bahkan yang di rumah dianjurkan seperti itu. Buah ini ada vitamin dan mineral, dia memberikan energi. Jadi pemanasan perut," kata Ides disela Diskusi Tips n Trik Bugar Saat berpuasa di ruang sidang RSHS Jalan Pasteur Kota Bandung, Senin, 13 Juni 2016.
Bahkan, menurutnya, maraknya makanan takjil berupa kolak dengan berbagai jenisnya, sangat tidak dianjurkan dikonsumsi saat berbuka puasa. Pasalnya, dalam kolak itu terdapat karbohidrat dari gula.
"Itu yang jadi permasalahan. Bukan berarti anti kolak. Kolak ini memiliki kandungan zat gizi super tinggi, karena ada gula, pisang. Kenapa tidak baik, karena memberikan keterkejutan ke tubuh," katanya.
Oleh karena itu, maraknya konsumsi kolak saat berbuka puasa, secara langsung akan meningkatkan lemak dalam tubuh. Dengan pola makan berlebih, akan berakibat pada naiknya berat badan.
"Tubuh terkejut, asam lambung akan keluar lebih banyak, maka konsumsi makan akan lebih banyak lagi. Itu Respons yang didapatkan," ucapnya.