Ini Efek Buruk Ajari Anak dengan Model 'Tak Boleh Kalah'

Ilustrasi memeluk anak.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Survei yang dilakukan Fakultas Pendidikan dari Universitas Harvard, AS, menunjukkan hampir 80 persen dari laporan anak muda menunjukkan bahwa akhir-akhir ini, orang tua mereka lebih peduli pada prestasi atau kebahagiaan dibandingkan rasa peduli terhadap orang lain. Orang tua mungkin berpikir mereka sudah mengajarkan kebaikan dan empati, tapi apa yang anak-anak dengar adalah kerja keras dan menang dengan cara apa pun.

Model pengasuhan ‘tak boleh kalah’ rupanya semakin banyak dilakukan seiring dengan banyaknya orang tua yang mencoba setiap cara dalam buku demi menghindari cap menakutkan sebagai ‘orang tua helikopter’.

Tidak ada satu pun orang tua yang ingin digambarkan sebagai orang tua yang berputar-putar gelisah yang tidak ingin anaknya gagal. Karenanya, mereka mengambil pisau tajam dan membuang empati ke udara, bahkan ketika anak mereka membutuhkannya.

Ada beberapa hal berbahaya yang tersembunyi dalam pola asuh ‘jangan menyerah’ yang bisa menimbulkan efek abadi pada anak-anak, berikut di antaranya yang dikutip dari Gulfnews.com:

Empati Memudar
Ketika mengabaikan pikiran dan perasaan anak-anak kita, mereka mempelajari bahwa pikiran dan perasaan orang lain tidaklah penting. Mereka menyerap pesan tersebut bahwa hasil akhir lebih penting daripada emosi yang dirasakan selama prosesnya. Kita menunjukkan pada mereka bahwa kita tidak peduli, dan mereka berbalik dan menunjukkan hilangnya kehangatan itu kepada orang lain. Sebaiknya, tanamkan benih empati pada mereka.

Menumbuhkan Kompetisi Tidak Sehat
Kompetisi adalah bagian kehidupan dan anak-anak belajar banyak dari olahraga kompetitif, tapi pola asuh ‘jangan menyerah’ berada jauh di luar lapangan. Sangatlah normal untuk mengalami frustasi dan sedih ketika menghadapi kegagalan. Dalam hal ini, anak harus mencari dukungan emosional dari orang yang mereka sayang.

Pola asuh ‘jangan menyerah’ kurang memiliki dukungan emosional dan memaksa anak-anak untuk terus berkompetisi, terus meningkatkan peringkat. Mereka belajar untuk mengalahkan orang lain karena, nampaknya, mereka cukup kuat untuk tidak menyerah dan terus berjuang. Hingga mereka tidak sanggup dan benar-benar hancur.

Penghinaan Hancurkan Percaya Diri
Orang tua sering mempermalukan anak-anaknya di lapangan, tempat bermain, dalam perjalan sekolah, dan di rumah. Penghinaan menyakitkan dan secara negatif mempengaruhi kepercayaan diri apakah itu dilakukan di luar atau di dalam rumah. Hal itu merusak rasa percaya dan membuat mereka merasa kosong.

Cara Mona Ratuliu Ajarkan Anak untuk Berbagi

Laporan: Adinda Permatasari

(ren)

Biarkan Si Kecil Ikut Aktif di Dapur Saat Ramadan
Ilustrasi kakak beradik.

Cara Ajarkan Anak Usia 3 Tahun Bagaimana Mengatasi Konflik

Pada usia 3 tahun, konflik terjadi saat anak berebut mainan.

img_title
VIVA.co.id
22 Agustus 2016