Pementasan Soul of Shaolin yang Mengharukan
- VIVA.co.id/Shalli Syartiqa
VIVA.co.id – Berlatar belakang kungfu yang kental, 35 pendekar Shaolin asal negeri tirai bambu, China, mempertunjukkan kepiawaiannya menggerakkan tubuh kekarnya. Pementasan Shaolin yang bertajuk Soul of Shaolin itu untuk pertama kali tampil di Istora Senayan, Jakarta, Rabu, 13 April 2016.
Selama lima hari, para pendekar menyapa para pecinta beladiri asal China itu.
Di awal pementasan dibuka oleh penampilan para pendekar Soul of Shaolin yang terbagi dari beragam usia. Sekitar 11 pria berkepala pelontos itu tampil mengenakan pakaian kebesaran para Shaolin dan mempertontonkan kebolehan mereka dalam berkungfu.
Pertunjukan malam ini dibagi menjadi enam bagian. Di bagian pertama, bermula adanya peperangan di suatu desa yang penuh kesengsaraan.
Miao Xing, kepala biara Shaolin, menghampiri desa yang penuh kekacauan tersebut dan memberi kedamaian di sana. Sementara itu, ada seorang wanita muda yang membawa bayinya pergi dari desa 'kacau' tersebut dan menyembunyikannya di balik bebatuan besar. Sebelum meninggalkan bayinya, sang ibu menyelipkan sebuah giok yang menjadi tanda bahwa itu adalah anaknya.
Na Luo, seorang pendekar dari biara Shaolin menemukan bayi mungil itu tengah menangis kencang di balik bebatuan. Dan akhirnya Na Luo pun membawa bayi tersebut kepada kepada biara Shaolin. Miao Xing pun dengan senang hati membawa si bayi ke biara.
Waktu berjalan sangat cepat, bayi mungit itu tumbuh menjadi anak laki-laki kecil yang diberi pintar menggerakkan tubuhnya. Hui Guang itu nama yang diberikan Kepala Biara untuk sang bayi tersebut.
Hui Guang kecil mahir mempertontonkan kehebatannya melenturkan kaki dan tangan. Semua kebiasaannya itu tak lain berkat kerja keras sang pelatih, Na Luo.
Hui Guang tumbuh menjadi seorang pendekar kungfu yang hebat. Tak heran, semua berkat campur tangan sang kepala biara Shaolin.
Waktu terus berjalan, Hui Guang tumbuh menjadi remaja Shaolin yang lincah. Melihat perkembangan Hui Guang, sang guru pun memberikannya giok 'tanda' dari ia kecil.
Seluruh penghuni perguruan Shaolin terus belajar secara tekun untuk mendapatkan gerakan yang memukai. Hal tersebut dilakukan para pendekar dalam kesehariannya berkumpul bersama para Shaolin lainnya.
Remaja, Hui Guang mempertontonkan kemahirannya menggerakkan jurus mabuk. Seperti diketahui, mengkonsumsi minuman beralkohol tak diizinkan dalam Shaolin. Maka dari itu, Hui Guang pun mendapat hukuman dari sang guru.
Hui Guang menyesali perbuatannya dan berjanji tak mengulangi perbuatannya itu. Hui Guang bermeditasi untuk membenahi dirinya dan mendalami kungfu.
Hari terus berlalu, di salah satu jalan yang dipadati orang berjualan ada wanita cantik yang melayani para pembeli makananan di kedainya. Entah mengapa, kekacauan terjadi di kala para pembeli itu hendak membawa wanita tersebut. Ibu kandung Hui Guang datang menyelamatkan wanita malang itu.
Sang ibu pun tak mampu melawan para penjahat tersebut hingga akhirnya ia terjatuh. Hui Guang tak sengaja melintasi keramaian itu dan membereskan kekacauan tersebut.
Usai berkelahi dengan para penjahat, Hui Guang akhirnya melanjutkan perjalanannya. Giok 'tanda' kecilnya itu terjatuh, dan sang ibu menemukannya. Si ibu itu pun kaget dan menangis, sebab ia berpikir sang anak telah meninggal.
Akhirnya ibu Hui Guang mendatangi perguruan Shaolin tempat Hui Guang dirawat sejak kecil. Tak mudah memang berjumpa dengan Hui Guang. Namun, kepala biara memperbolehkan ibu tersebut berjumpa. Hui Guang sempat kaget melihat ibu tersebut mengaku sebagai orangtuanya. Namun karena kesamaan giok yang dimiliki keduanya, Hui Guang luluh dan menangis.
Sang ibu pun meminta Hui Guang untuk meninggalkan perguruan Shaolin itu dan hidup bersamanya. Tak mudah meninggalkan perguruan Shaolin tersebut. Jika Hui Guang ingin keluar dari gerbang Shaolin, ia harus melewati berbagai jenis ujian beladiri yang tak mudah.
Detik-detik ujian tersebut, Hui Guang harus melawan para pendekar seusianya. Ia berhasil melewati ujian pertama. Dan dibagian terberatnya ini adalah, Hui Guang harus melawan Na Luo yang tak lain adalah pelatih serta gurunya sejak ia ditemukan.
Na Luo sempat menolak untuk bertarung melawan Hui Guang. Namun itu salah satu syarat yang diberikan kepala biara kepada Hui Guang.
Dengan berat hati, Na Luo pun bertarung dengan Hui Guang. Sama-sama menunjukkan kekuatannya, akhirnya Hui Guang mampu menjatuhkan sang guru. Dan kepala biara pun mengakui kehebatan Hui Guang.
Miao Xing akhirnya mempersilakan ibu Hui Guang untuk memasuki arena pertandingan dan membawa Hui Guang kembali ke rumah.
Suasana haru terasa di kala Hui Guang harus berpamitan kepada sang pelatih (guru) yang telah menjaga, merawat dan mengajarinya banyak hal. Hui Guang pun meminta maaf kepada seluruh pendekar dan kepala biara. Tak lupa Hui Guang memberikan salam hormat terakhirnya kepada orang-orang yang ia cintai tersebut.
Dengan berat hati Na Luo melepas Hui Guang, sang guru pun memeluk erak sang murid dan mengikhlaskannya kembali bersama ibu kandungnya.