Studi: Kafein Tidak Buat Jantung Berdebar-debar
Kamis, 4 Februari 2016 - 02:01 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id - Kafein mungkin memang bisa meningkatkan konsentrasi Anda, terutama di pagi hari. Namun, berlawanan dengan apa yang dipercaya banyak orang selama ini, kafein ternyata tidak menyebabkan jantung berdebar-debar. Hal tersebut diungkapkan oleh sebuah studi yang belum lama ini dilakukan.
Ya, kafein tidak memengaruhi pola detak jantung seorang.
Baca Juga :
Bahaya Kafein dalam Enam Cangkir Kopi
Dilansir dari Times of India, studi yang dilakukan di University of California-San Francisco (UCSF) itu mengukur konsumsi jangka panjang minuman berkafein selama periode 12 bulan.
"Rekomendasi klinis dan kadar konsumsi yang dianjurkan untuk produk-produk yang mengandung kafein seharusnya bisa dipertimbangkan lagi, karena itu bisa mencegah orang mengonsumsi makanan seperti cokelat, kopi dan teh yang sebenarnya memiliki manfaat terhadap kardiovaskular," ujar Gregory Marcus, ahli kardiologi dan peneliti studi.
Dalam studi yang telah dipublikasikan di American Heart Association tersebut, Marcus dan timnya meneliti 1.388 peserta yang dipilih secara acak, dengan usia rata-rata 72 tahun, untuk berpartisipasi sebagai peserta studi.
Hasilnya, sekitar 60 persen dari peserta mengatakan mereka mengonsumsi produk-produk berkafein setiap hari. Tim peneliti fokus pada kopi, teh dan cokelat dan tidak bertanya tentang minuman energi super-berkafein.
Ternyata, peneliti tidak bisa menemukan perbedaan atau detak jantung ekstra per jam pada peserta, bahkan setelah konsumsi minuman berkafein tersebut.
"Oleh karena itu, kita hanya dapat menyimpulkan bahwa secara umum, mengonsumsi produk berkafein setiap hari tidak terkait dengan peningkatan ritme atau jumlah detak jantung per hari," kata Marcus.
Meski begitu, dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas mengenai temuan tersebut.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dalam studi yang telah dipublikasikan di American Heart Association tersebut, Marcus dan timnya meneliti 1.388 peserta yang dipilih secara acak, dengan usia rata-rata 72 tahun, untuk berpartisipasi sebagai peserta studi.