Saat Diet, Coklat dan Keripik Makin Lezat
- http://www.rinagu.com
VIVAlife - Bagi sebagian orang, saat diet seringkali makanan pantangan seperti cokelat dan keripik terasa lebih lezat. Itulah sebabnya banyak yang tergoda dan terjebak untuk melahap makanan.
Alasan makanan terasa lebih nikmat ketika tengah diet ternyata memiliki dapat dijelaskan secara ilmiah. Peneliti dari Northwestern University di Illinois, menemukan bahwa orang yang merasa bersalah lebih menikmati makanan.
Penelitian yang dipimpin oleh Kelly Goldsmith, tertarik meneliti setelah temannya yang baru saja bergabung dengan Weight Watchers mengatakan semua makanan terasa lebih enak saat sedang berdiet.
Hasil studi yang dipublikasikan di The Journal of Marketing Research, terdiri dari enam percobaan yang berbeda.
Penelitian pertama membagi responden menjadi dua kelompok dan meminta mereka untuk melihat enam sampul majalah. Setengah responden melihat sampul majalah kesehatan dan setengahnya melihat majalah yang sama sekali tak berkaitan dengan kesehatan.
Semuanya lalu diberi cokelat dan diminta mengungkap rasanya. Hasilnya, mereka yang membaca mengenai makanan sehat melaporkan coklat lebih enak daripada mereka yang tidak.
Pada percobaan kedua, 100 mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok. Mereka diminta menggambarkan tiga pengalaman dalam beberapa kalimat. Termasuk saat mereka merasa bersalah, jijik dan sepertiga terakhir diminta menyebut tiga kejadian acak. Selanjutnya semua responden diberi coklat truffle untuk dimakan.
Mahasiswa yang merasa palingĀ bersalah melaporkan truffle coklat terasa lebih enak daripada kelompok lain.
Tetapi hubungan antara rasa bersalah dan kesenangan tidak berhenti pada makanan. Dalam eksperimen lain, para wanita dibuat merasa bersalah kemudian diperlihatkan foto pria yang menarik di situs kencan.
Studi menemukan, wanita yang merasa bersalah sebelum melihat pria, akan lebih senang dengan pengalaman ini daripada yang tidak. "Rasa bersalah dihubungkan dengan kesenangan karena sering kali ketika kita merasa bersalah, kita juga merasa senang, " kata Goldsmith.
Dia menambahkan, "Saya pikir bagi banyak orang, asosiasi kognitif dapat terbentuk dari pengulangan aktivasi. Saat kesenangan dan rasa bersalah diaktifkan di otak, keduanya akan terhubung," ucapnya seperti dikutip Medical News. (eh)