Meriah! Tradisi Makan Sepanjang 200 Meter Sambut Imlek di Pecinan Semarang

Meriah! Tradisi Makan Sepanjang 200 Meter Sambut Imlek di Pecinan Semarang
Sumber :
  • VIVA/ Teguh Joko Sutrisno/ Semarang

SEMARANG – Setiap jelang Imlek, di Kota Semarang ada tradisi Tuk Panjang. Ini adalah tradisi makan bersama yang digelar di tuk atau meja sepanjang 200 meter, sehingga bisa menampung banyak orang secara bersama-sama.

Warisan Buddha Tibet Jadi Target Tiongkok

Imlek tahun ini, tradisi Tuk Panjang digelar di area Pasar Semawis, Kawasan Pecinan Semarang, Kamis malam (8/2/2024).

Menurut tokoh Pecinan, ini merupakan tradisi yang menunjukkan akulturasi budaya dan kerukunan antarumat beragama jelang tahun baru Imlek 2575.

Mengenal USDEK, Prosesi Makanan dalam Tradisi Pernikahan Adat Jawa yang Sarat Makna

Banyak makanan khas yang disajikan di atas Tuk Panjang. Antara lain kue keranjang kukus santan, nasi hainan, tujuh macam sayur hijau, lunpia, dan lain-lain. Makanan tersebut melambangkan harapan tutur kata yang baik, yang masing-masing punya lambang dan harapan baik.

Hidangan tersebut kemudian disantap bersama-sama di meja yang ditata memanjang kurang lebih 200 meter. Selain keturunan Tionghoa, tradisi ini juga dihadiri masyarakat umum, perwakilan atau tokoh keagamaan, serta beberapa pejabat dari Pemkot Semarang.

Mengintip Festival Kue Bulan Paduan Budaya Nusantara-Tionghoa, Ternyata Sudah Ada 3000 Tahun Lalu

Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Haryanto Halim menjelaskan, tradisi Tuk Panjang biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah otang paling tua. Maka karena keluarga yang datang banyak, kemudian banyak meja yang disusun memanjang.

"Nah, pada acara di Pecinan ini, sengaja digelar di jalan sebagai wujudkan keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama. Warga sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat diajak duduk dan makan bersama untuk menyambut Imlek," jelas Harjanto.

Sementara itu  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, prosesi Tuk Panjang ini rutin dilakukan di Kawasan Pecinan untuk menyambut tahun baru Imlek. Penyelenggaraannya pun selalu meriah, dengan dihadiri banyak perwakilan masyarakat.

"Ini ada filosofinya, makan bersama yang mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis yang ikut memeriahkan," ungkapnya.

Akulturasi budaya ini sebenarnya melekat di Kota Semarang dan sebagai kekuatan Ibu Kota Jateng dari segi pariwisata ataupun yang lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya