Bisnis Olahan Makanan Minuman Bergeliat, Cloud Kitchen Jadi Tren Baru
- ist
JAKARTA – Meskipun bisnis makanan dan minuman di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa, masih terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk mempertahankan kemajuan tersebut.
Isu-isu utama yang memerlukan perhatian termasuk mengatasi pembatasan infrastruktur, merampingkan undang-undang, menjamin standar kualitas dan keselamatan, meningkatkan manajemen rantai pasokan, mengisi kesenjangan keterampilan, dan mempromosikan keberlanjutan.
Kinerja industri makanan dan minuman (mamin) tumbuh 5,33% secara tahunan pada kuartal I/2023. Pertumbuhan kinerja industri mamin menjadi yang terbesar keempat di antara subsektor industri pengolahan lainnya.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia optimistis industri ini bisa tumbuh antara 7-11 persen. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Proyek Wow!Taiwan diinisiasi oleh BOFT (Bureau of Foreign Trade), yang memilih produk dan solusi teknologi paling mutakhir dan inovatif dari Taiwan. Tujuan dari proyek ini adalah untuk memfasilitasi perdagangan global dengan menyatukan penyedia dan pembeli.
Sebagai pelaksana proyek, CDRI (Commerce Development Research Institute) telah memperkenalkan Wow!Taiwan untuk menawarkan layanan online D2B (Direct to Business) yang aman bagi pembeli dan pemasok untuk berinteraksi dan terhubung, menjamin kesuksesan perusahaan melalui layanan khusus.
CDRI dan CRIF Indonesia bekerjasama dengan Business Service Desk dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia akan menyelenggarakan Problem-Solving Forum: Indonesian Food Technology 2023.
Dialog tidak hanya untuk perusahaan Indonesia tetapi juga untuk perusahaan Taiwan yang ingin membangun hubungan dan kolaborasi dengan perusahaan makanan dan minuman Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 40 perusahaan F&B, beberapa di antaranya adalah Solaria, Pondan, Delcoco, Sreeya Sewu Indonesia Tbk, Imperial Group, Food Station, Foodex dan masih banyak lagi.
Country Direktur CRIF Indonesia Novi Rolastuti mengatakan, dialog ini menjadi pintu gerbang utama bagi merek-merek Taiwan yang belum memasuki pasar Indonesia dann juga membuka jalan bagi investor Indonesia untuk merasakan penawaran ini langsung dari sumbernya.
“Kekuatan Indonesia adalah memiliki banyak bahan baku, namun masih kekurangan teknologi dan mesin. Oleh karena itu, dengan adanya acara ini diharapkan terjalin kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Novi di sela-sela acara Problem-Solving Forum: Indonesian Food Technology 2023 di Jakarta, Senin 24 Juli 2023.
Novi menambahkan, CRIF dan CDRI menciptakan jaringan di setiap negara di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, dan membantu perusahaan asing untuk melakukan langkah pertama ini. Kata Novi, CRIF dan CDRI memastikan bahwa perusahaan asing dapat melakukan pertemuan yang tepat dengan para pemain kunci di Indonesia.
Menurut Novi, kerja sama dengan Taiwan ini bisa membantu industri makanan dan minuman di Indonesia dalam meningkatkan produktivitas.
“Contohnya industri katering yang selama ini masih manual, ternyata para pengusaha Taiwan sudah mempunyai teknologi yang bisa membantu industri katering dalam otomasi dan juga robotik. Ini tentu membuat industri katering menjadi lebih efektif dan meningkatkan produktivitas. Kalau contohnya dalam satu jam secara manual bisa menghasilkan sepuluh kotak maka dengan otomasi bisa 20 kotak. Itu kan jauh lebih baik,” jelas Novi.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman menambahkan, kolaborasi antara Indonesia dengan Taiwan merupakan hal positif yang bisa menggenjot industri makanan dan minuman.
“Teknologi makanan yang ditawarkan oleh Taiwan bisa membantu pengusaha makanan dan minuman meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu, teknologi makanan dari Taiwan juga bisa mempercantik packaging makanan, contohnya onde-onde dan nastar. Mereka susah punya mesin yang bisa membuat ukuran onde-onde dan nastar sama sehingga tampilannya menarik tanpa mengubah cita rasa,” jelas Adhi.
Adhi berharap, kerja sama dengan Taiwan ini bisa meningkatkan nilai ekspor makanan dan minuman Indonesia ke Taiwan yang saat ini masih sekitar USD 70 juta tiap tahun.
Director Economic Division of Taiwan’s Economic and Trade Offices, Frank F.C Lu mengatakan, teknologi pangan (foodtech) adalah bagaimana menggunakan teknologi untuk membantu memberi nilai tambah untuk industri pengolahan makanan dan jasa katering, dan membantu produsen Indonesia dalam transformasi dan peningkatan industri.
“Taiwan kebetulan cukup berkembang di bidang teknologi mesin makanan otomatis dan layanan katering. Oleh karena itu, diharapkan melalui acara ini, industri Indonesia dapat melihat teknologi dan solusi dari Taiwan, dan kemudian mempromosikan kerja sama industri bilateral,” ungkap Frank.
“Agar para pebisnis di industri Indonesia lebih mengenal pabrik di Taiwan, 10 Industri Taiwan yang luar biasa datang ke Indonesia kali ini, dan mengusulkan tiga solusi utama untuk kebutuhan Indonesia dalam meningkatkan dan mengembangkan industri makanan, yaitu ‘Solusi Pemrosesan Makanan Otomatis’, ‘Solusi Layanan Katering Cerdas di Tempat’, dan ‘Solusi Dapur Otomatis’,” kata Frank.
Frank berharap industri Food and Beverage di Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini agar pabrik produksi di Taiwan dapat memberikan layanan sistem dan solusi terbaik.
Beberapa tren teknologi dalam industri F&B antara lain Cloud kitchen yaitu cara baru dalam menjual produk makanan dan minuman, dengan menawarkan layanan pesan antar makanan saja. Penjual hanya perlu menyiapkan tempat untuk lokasi makan.
Cloud kitchen memungkinkan penjual menyewa sebuah ruangan sebagai dapur untuk menjalankan bisnis. Teknologi lain di F&B yaitu robot pelayan.
Beberapa restoran meningkatkan pelayanan dengan menggunakan teknologi robot canggih, salah satu fungsinya adalah robot dipekerjakan untuk mengantarkan pesanan makanan dan minuman, layaknya pelayan. Robot dipekerjakan untuk meminimalkan kontak dengan tamu, serta untuk meningkatkan efisiensi.