Jadi Wadah Bakso dan Mi, Ini Makna Mangkuk Ayam Jago
- Dokumen Google
VIVA Lifestyle – Anda mungkin ingat menggunakan mangkuk ayam jago ini di berbagai kedai makan bakso dan mi ayam yang ada di tiap daerah di Tanah Air. Meski begitu familiar sekaligus berkesan nostalgia, jarang banyak yang memahami makna dari logo ayam jago yang terpampang menjadi Google Doodle hari ini.
Awalnya, mangkuk porselen yang terkenal ini sering digunakan untuk menyajikan hidangan nasi dan mi di banyak restoran Cina, seperti pusat jajanan dan kopitiam. Dikenal dengan berbagai nama seperti 'ji gong wan', 'gong ji wan' , dan 'ji jiao wan'.
Dikutip dari laman Says, Mangkuk ayam memiliki begitu banyak nilai sentimental di antara penduduk setempat sehingga anggota dewan Pandamaran, Tony Leong Tuck Chee, membangun monumen mangkuk ayam di atas alas beton di Port Klang. Pada Januari 2021, Leong mendirikan monumen di Kampung Baru Pandaraman, Pelabuhan Klang, sebagai penghormatan kepada mangkuk ayam jago yang terkenal.
Tapi... apa istimewanya mangkuk ini? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat lebih dekat desainnya terlebih dahulu. Mangkuk ayam jago diilustrasikan dengan tiga motif berbeda: ayam jantan ekor hitam dengan leher merah, bunga peony merah, dan daun pisang hijau.
Mangkuk ini berasal dari Provinsi Guangdong di Cina Selatan lebih dari seabad yang lalu, dan dibuat oleh pengrajin Hakka yang secara individual mencetak dan melukisnya dengan tangan. Dengan demikian, yang asli adalah satu-satunya, dan masing-masing memiliki perbedaan kecil dalam ukuran dan pola.
Seperti kebanyakan potongan dekoratif Cina, setiap motif memiliki makna tertentu. Menurut CultureGuru, '?' (ayam) dalam bahasa Hokkien memiliki pengucapan yang mirip dengan '?' (rumah/keluarga). Orang-orang percaya bahwa ketika mereka makan dari mangkuk ayam, mereka mengharapkan kemakmuran dalam keluarga mereka. Oleh karena itu, motif ayam jago melambangkan makna kerja keras, semangat juang, dan keluarga sejahtera.
Mengapa ayam jantan dan bukan ayam betina? Nah, ini karena masyarakat Tionghoa yang patriarki saat itu lebih menyukai laki-laki daripada perempuan, karena melahirkan anak laki-laki berarti berkah besar bagi sebuah keluarga.
Menurut pengguna Twitter ini, orang tua Hakka akan membeli mangkuk ayam jantan untuk putra mereka dan mengukir namanya atau tanda unik di atasnya, yang akan tetap ada di aula leluhur sampai pemiliknya meninggal.
Sementara itu, bunga peony mewakili pepatah Cina umum '????', yang secara harfiah diterjemahkan sebagai 'bunga yang mekar dengan kekayaan dan kemakmuran'. Oleh karena itu, peony berarti kemakmuran, kekayaan, dan status sosial yang tinggi, sedangkan daun pisang berarti keberuntungan dan keberuntungan.
Pada zaman dahulu, mangkok ayam biasa digunakan oleh keluarga Tionghoa yang mendambakan rumah tangga yang sejahtera. Saat itu, mangkuk ayam banyak digunakan di kalangan kelas pekerja dan keluarga yang tinggal di pedesaan. Karena dijual dengan harga yang sangat murah, mangkuk ini merupakan alternatif yang terjangkau dari mangkuk mahal kelas atas yang memiliki desain phoenix dan naga.
Selain itu, mangkuk asli sangat populer karena tebal, tahan lama, dan mudah dimakan, karena dapat dipegang di satu tangan dengan sumpit di tangan lainnya. Secara tradisional, orang Tionghoa menekankan pentingnya makan bersama sebagai keluarga dan komunitas. Di daerah berbahasa Min Selatan, sebagian besar pemilik rumah menyajikan nasi, sup, dan bahkan alkohol kepada tamu mereka dalam mangkuk ini sebagai cara untuk mendoakan kemakmuran dan keberuntungan bagi mereka.
Selain itu, orang Kanton memasukkan mangkuk ayam jago dalam mas kawin mereka untuk menandakan berkah bagi pengantin pria agar memiliki masa depan yang mulus. Pada 1960-an, mangkuk ayam jantan banyak digunakan di kedai makanan dan pujasera Hong Kong.
Meskipun komunitas Hakka dari Guangdong adalah yang pertama menciptakan konsep mangkuk ayam jago, komunitas Hakka di Thailand yang pertama kali memproduksinya. Setelah masyarakat Hakka merantau ke Asia Tenggara, mereka melanjutkan tradisi membuat mangkok ayam. Menurut Bangkok Post, pabrik keramik pertama dibuka pada tahun 1955 ketika Chin Simyu, seorang imigran Tionghoa di Thailand, menemukan deposit besar kaolin (tanah liat China) di Lampang.
Sejak saat itu, mangkuk ayam jago telah mengalami banyak variasi desain. Ketika pertama kali diproduksi, desainnya distandarisasi untuk memasukkan motif ayam jago, bunga peony, dan pohon pisang yang terkenal. Mangkuk ayam juga bisa ditemukan di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Indonesia, Hong Kong, Korea, Jepang, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Saat ini, produksi massal mangkuk ayam telah sangat berkurang nilainya, dan tiruan plastik dibuat hanya demi melestarikan desain nostalgia.