Jadah Panggang, Dari Aroma Sudah Terbayang Gurihnya
- VIVA/Teguh Joko Sutrisno.
VIVA Kuliner – Jadah adalah kue tradisional khas Jawa Tengah yang sering dihidangkan pada acara hajatan. Di pedesaan, jadah masih terus terjaga eksistensinya. Kalau di kota meski jarang dipakai hidangan, tapi masih tetap hadir untuk makanan hantaran keluarga pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita.
Nah, di luar hajatan, jadah sekarang banyak diolah menjadi bermacam kuliner. Salah satunya adalah jadah panggang. Olahan ini bisa membuat jadah yang biasanya dimakan dalam bentuk hasil kukusan yang lembek, menjadi jadah yang kering tapi tetap legit di dalam. Biasanya, jadah panggang dijual di daerah wisata maupun sentra kuliner.
Pedagang jadah panggang awalnya memakai angkringan yang dipikul. Tapi kini sudah berganti dengan lapak yang didorong sehingga mudah berpindah tempat.
Jadah terbuat dari bahan dasar ketan. Saat dikukus diberi sedikit garam dan dicampur dengan kelapa parut. Memasaknya cukup lama. Kukusannya juga terbuat dari anyaman bambu. Sehingga hasil kukusan jadah akan berbentuk mirip gunungan. Nantinya akan dipotong kecil-kecil sehingga mudah dimakan.
Jadah asli memiliki rasa yang gurih. Sedangkan jadah panggang selain aromanya menggugah selera, rasanya juga kuat gurih dan agak manis karena kandungan airnya sudah menyusut.
"Kita potong kotak-kotak seperti ini mas. Kayak ukuran KTP atau ATM. Kita panggang di atas ram kawat. Nggak dikasih apa-apa, dipanggang saja. Simpel tapi bisa menggugah aroma dan rasa jadah yang lebih khas," kata Dadang, pedagang jadah di kawasan kuliner Jalan Jendral Sudirman Salatiga.
Dalam sehari, ia bisa membuat seratus potong jadah panggang. Tapi kalau di hari Sabtu Minggu atau libur, Dadang bisa memproduksi dua kali lipat.Â
"Lumayan kalau pas hari libur. Orang sekali beli biasanya lima sampai sepuluh potong. Satu potongnya dua ribu rupiah. Kebetulan di sini kan banyak yang jual wedang ronde sehingga orang pada makan jadah untuk camilan wedang ronde," tuturnya.
Area kuliner Jalan Jendral Sudirman Salatiga memang banyak dikunjungi wisatawan. Sehingga sekali mampir mereka bisa menikmati aneka makanan tradisional termasuk jadah panggang.
"Mantap ini. Jadahnya anget, cocok buat camilan di Salatiga yang hawanya sejuk. Saya sering mampir kalau jalan-jalan ke Salatiga, minum wedang ronde dengan cemilan jadah panggang atau jagung rebus," kata Agung, wisatawan asal Semarang.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno