Cenil Putu Mayang, Jajanan Nostalgia Tak Lekang Ditelan Zaman

Cenil putu mayang dan jajanan pasar
Sumber :
  • VIVA/ Teguh Joko Sutrisno/ Semarang

VIVA – Di Jawa Tengah, jajanan pasar menjadi hidangan tradisional sejak zaman dahulu. Disebut jajan pasar memang paling gampang ditemukan di pasar tradisional. Meskipun pada masa sekarang sering pula dijual di pusat kuliner, car free day, maupun untuk hidangan berbagai macam acara.

5 Jajanan Pasar Bertema Durian, Pecinta Duren Wajib Coba!

Ciri khas jajan pasar, meski macamnya banyak tapi semuanya terbuat dari bahan tepung. Ada tepung singkong, tepung beras, tepung ketan, maupun sagu.

Nah, dari bermacam bentuk jajan pasar, cenil dan putu mayang boleh jadi menjadi makanan yang populer. Karena inilah jajanan yang paling duluan dikenal sejak masa anak-anak. Baru kemudian ada makanan lainnya seperti klepon, ketan ireng, dan lain-lain.

KTT ASEAN, Ini Deretan Jajanan Pasar yang Disuguhkan Indonesia Bagi Para Delegasi

Cenil juga bisa dibilang jajan pasar paling sederhana. Terbuat dari tepung singkong yang berasa gurih asin, berwarna warni, dan teksturnya yang kenyal. Orang Jawa menyatakan tekstur itu dengan sebutan cenak cenil. Maka kemudian makanan ini disebut cenil atau cethil.

"Mak cenil kalau digigit. Tapi kalau orang Semarang bilangnya cethil. Buatnya paling mudah. Tepung singkong tinggal diuleni saja dicampur sedikit garam dan pewarna makanan. Lalu dibentuk dan dimasukkan air panas. Tiriskan ya sudah gitu aja," kata Bu Maryani, penjual jajan pasar di Pasar Damar Semarang.

Resep Kue Kacamata, Rasa dan Tampilannya Begitu Menggoda

Sedangkan puthu mayang terbuat dari tepung beras dan campuran sedikit tapioka. Bentuknya mirip mi yang berwarna warni. Biasanya dibentuk menjadi lipatan. Teksturnya juga kenyal tapi lebih lembut dibanding cenil.

Keduanya dihidangkan dengan cara yang hampir sama. Bahkan sering dijadikan satu. Yaitu dengan memberi topping kelapa parut yang sudah diberi garam, lalu diberi tuangan gula aren cair.

"Kadang cenil juga diberi gula pasir. Tapi kalau orang tua biasanya pilih tanpa gula sebagai kudapan pagi pengganti nasi," cerita Bu Maryani.

Cenil putu mayang dan jajanan pasar

Photo :
  • VIVA/ Teguh Joko Sutrisno/ Semarang

Kalau untuk jajan biasa, cenil maupun puthu mayang dikemas dengan daun pisang atau daun jati. Kalau jaman sekarang banyak yang menggantinya dengan kertas coklat karena lebih praktis, meski jelas tidak bisa menggantikan aroma khas daun yang bisa menambah selera.

"Harganya murah, satu bungkus berisi macem-macem paling lima ribu," kata Maryani.

Cenil dan puthu mayang sekarang memang tak sebanyak dulu penjualnya. Tapi seiring itu pula, makanan ini menjadi "klangenan" atau pengobat rindu. Maka tak heran jika cenil dan puthu mayang serta jajan pasar lainnya acapkali hadir sebagai hindangan di berbagai macam acara, termasuk acara kantoran.

"Saya sering dapat pesanan buat acara-acara itu. Misalnya ada acara senam ibu-ibu, kemudian acara peresmian-peresmian, upacara, dan lain-lain. Penyajiannya pakai tampah dilapis daun pisang," jelasnya.

Laporan: Teguh Joko Sutrisno/ Semarang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya