Orem-orem Kuliner Kota Malang, Menu Khas Momen Lebaran Ketupat
- VIVA/ Lucky Aditya/ Malang
VIVA –Momen Lebaran Idul Fitri bagi warga muslim di Jawa belum berakhir. Sepekan setelah hari raya mereka memiliki tradisi bernama lebaran ketupat. Momen lebaran ketupat identik dengan menu sayur berkuah santan dengan ketupat atau kupat.
Di Malang ada satu menu yang identik dengan momen lebaran ketupat yakni Orem-orem. Warung orem-orem legendaris ada di Jalan Gatot Subroto gang 4, Klojen, Kota Malang. Usaha keluarga ini dirintis sejak tahun 1969 dengan warung pertama berada di sekitaran Pasar Comboran, Kota Malang.
"Orem-orem itu makanan khas Kota Malang, dengan isi tempe dengan kuah santan dan ketupat. Ini resep keluarga turun temurun. Sekarang ada tambahan lauknya, kari ayam, mendol, tempe goreng dan kerupuk," kata penjual Orem-orem Yusli Bahtiar, Senin, 9 Mei 2022.
Orem-orem sendiri, potongan tempe kecil yang dimasak dengan kuah santan berwarna kuning. Lalu dipadu dengan kecambah atau tauge serta dituangkan kecap secukupnya. Bagi yang ingin ditambah lauk ada pula lauk kare ayam, ceker ayam, mendol hingga tempe goreng.
Yusli sendiri merupakan generasi kedua penjual Orem-orem di Jalan Gatot Subroto gang 4. Sebelumnya warung ini dirintis oleh abahnya yakni, Muhammad Syahri. Kini Orem-orem yang menjadi makanan khas Kota Malang ini tersebar disejumlah wilayah di Malang.
Semua yang berjualan Orem-orem masih kerabat atau saudara mereka. Orem-orem Malang dapat dijumpai disejumlah tempat, mulai dari Jalan Gatot Subroto gang 4, Jalan Gatot Subroto gang 2, Jalan Mangunsarkoro, Pasar Comboran, dan di sekitar Pasar Singosari.
Yusli mengungkapkan, selain para pelanggan yang gemar menyantap orem-orem. Di momen libur lebaran ini banyak pembeli merupakan perantau asal Malang yang kini sedang pulang kampung. Mereka datang selain merindukan kelezatan orem-orem mereka juga bernostalgia dengan makanan Khas Bumi Arema.
"Selain warga biasanya, juga orang Malang atau perantau yang sedang pulang kampung. Mereka sering cari orem-orem katanya kangen dengan masakan ini. Apalagi kemarin sebulan selama puasa kita full tutup tidak jualan dan baru berjualan setelah lebaran," ujar Yusli.
Yusli mengungkapkan, orem-orem saat ini mengalami penurunan penjualan sejak pandemi COVID-19. Meski kasus aktif terus menurun tetapi penjualannya belum kembali normal. Sebelum pandemi dia biasanya membawa ketupat berukuran besar seberat sekira 1 kilogram untuk sekira 10 porsi sebanyak 24 ketupat. Tetapi saat ini dia hanya membawa sekira 18 hingga 20 ketupat berukuran besar.
"Orem-orem ini selalu dicari karena orang Malang itu biasanya punya istilah 'lek gak mangan orem-orem gak marem' (lebaran kalau tidak makan orem-orem itu tidak lega)," tutur Yusli.