Libur Lebaran di Semarang, Cobain Lunpia Mete dan Daging Kambing
- Teguh Joko Sutrisno
VIVA – Semarang mendapat julukan kota lunpia. Ya, itu karena memang lunpia menjadi salah satu makanan khas ibukota Jawa Tengah ini. Lunpia adalah makanan khas Kota Semarang. yang berisi rebung, udang, telur, dan bumbu, yang dibungkus kulit dari adonan terigu.
Makanya, lunpia banyak diburu wisatawan saat liburan, terutama pada musik libur lebaran dan arus mudik seperti sekarang ini.
Makanan dengan resep kuno campuran Jawa dan China tersebut, pada perkembangannya kini ada yang dimodifikasi dengan bermacam isian. Seperti bandeng, daging ayam, dagung kambing, bahkan kacang mete. Tapi bahan isian utamanya tetap rebung
Kedai yang menyajikan lunpia dengan bermacam variasi isian adalah yang diracik oleh Cik Meme, generasi penerus pembuat lunpia pertama. Kedainya ada di Jalan Gajahmada Semarang. Ia mengembangkan lunpia dengan banyak varian agar masyarakat punya banyak pilihan rasa sesuai selera.
Ada lunpia plain yang hanya berisi rebung, kemudian lunpia rebung dengan variasi telur, lunpia ayam, lunpia udang, lunpia jamur, serta lunpia berisi rebung campur daging kambing dan kacang mete.
"Kita tetap bikin lunpia yang umum bagi penggemar tradisional, tapi kita juga bikin lunpia dengan banyak variasi isi supaya penggemar lainnya punya pilihan. Kalau resep tetap pakai resep warisan asli ya," kata Cik Meme.
Seporsi lunpia disantap bersama saus tapioka berbumbu bawang, acar timun, cabe rawit hijau, dan daun bawang. Sofia (31), wisatawan asal Surabaya yang liburan ke Semarang mengatakan, setiap ke Semarang ia hampir selalu mampir untuk makan lunpia. Baginya, citarasa rebung dengan aromanya yang khas menjadi kelebihan makanan khas Semarang tersebut.
"Yang plain berisi rebung tanpa campuran lain itu sudah enak kok. Murah lagi. Sesekali lah makan yang variasi kayak isian daging kambing maupun mete. Kayak makan lunpia dengan camilan mete," ungkapnya.
Harga lunpia menyesuaikan isian. Dari Rp17 ribu hingga Rp29 ribuan per biji. Kalau ukuran rata-rata sama.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno