Bubur India, Sajian Khas Buka Puasa di Masjid Pekojan Semarang
- VIVA/Teguh Joko Sutrisno (Semarang)
VIVA – Tiap daerah punya tradisi khas pada bulan Ramadhan. Seperti di Kota Semarang, Jawa Tengah, masyarakat yang bermukim di Kampung Pekojan punya tradisi berbuka puasa dengan bubur India.
Tradisi ini sudah berjalan ratusan tahun lamanya yang dipusatkan di Masjid Pekojan. Menurut Pak Ahmad, pengurus masjid yang sudah puluhan tahun menjadi pembuat bubur India, tradisi ini diawali saat warga Gujarat India mulai bermukim di Semarang beberapa abad lampau untuk berdagang. Keturunan mereka yang lahir di Indonesia kemudian disebut orang Koja, dan tempat mereka bermukim disebut Pekojan.
"Mereka punya menu makanan khas yang berasal dari nenek moyang. Satu di antaranya adalah bubur rempah yang kemudian disebut bubur India merujuk asal nenek moyang mereka yang berasal dari Gujarat India. Nah, bubur itulah yang kini hingga kini menjadi hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan," jelas Pak Ahmad saat membuat bubur, Minggu, 3 April 2022.
Pengurus Masjid Pekojan setiap tahun selama sebulan penuh akan memasak bubur India. Mereka membuat dapur di belakang masjid. Ada tungku besar berbahan bakar kayu serta dandang atau panci besar yang dipakai untuk menanak bubur. Mereka sudah memulai meracik masakan sejak siang bakda Zuhur.Â
"Bubur India punya ciri khas rasa dan aroma rempahnya yang kuat. Bumbunya antara lain bawang, laos, jahe, batang serai, kapulaga, daun korokeling, daun salam, dan lain-lain. Ada juga campuran sayur wortel di dalamnya," ungkap Pak Ahmad.
Bahan utamanya beras yang dicampur air dan santan kelapa. Semua bahan dan bumbu dicampur dan diaduk terus sampai matang agar tidak mengerak bagian bawahnya. Proses ini memakan waktu hampir empat jam.Â
Setelah matang, bubur didiamkan selama setengah jam agar hangat. Baru kemudian dituang ke dalam mangkuk dan piring yang ditata berjejer di serambi samping masjid. Biasanya ada donatur yang bergantian menyumbang lauk pauk seperti gulai sapi, sayur lodeh, telur pindang, hingga buah-buahan.
Tak hanya masyarakat Koja yang ikut berbuka, tapi warga umum bahkan para musafir pun juga bisa ikut menikmati bubur khas tersebut. Maka tak heran jika setiap jelang maghrib hingga jelang Isya, Masjid Pekojan selalu ramai.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno (Semarang)