Berusia Lebih dari 400 Tahun, Ini Asal-usul Unik Pempek
- yelpcdn.com
VIVA – Pempek merupakan makanan khas Kota Palembang. Meski sudah berusia 400 tahun lebih, kuliner satu ini tetap eksis dan semakin bertambah banyak penggemarnya.
Berdasarkan cerita rakyat, asal-usul pembuatan pempek bermula sekitar tahun 1617. Ketika itu, ada seorang Apek, sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa yang berusia 65 tahun, tinggal di daerah Perakitan atau tepian Sungai Musi.
Dia merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang begitu melimpah di Sungai Musi, namun tidak dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar hanya sebatas digoreng atau dipindang saja.
Akhirnya Apek tersebut mencoba alternatif pengolahan lain dengan mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan tersebut akhirnya dijajakan oleh para Apek. Dari situlah para penjualnya dipanggil dengan sebutan 'pek… apek', hingga makanan itu dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Selain itu, ada kisah menarik lain dari pedagang pempek Palembang yang populer dan terkenal yaitu Pempek CRP. Awalnya Founder Pempek CRP, Suhendro Wang, sudah 10 tahun lebih menjadi importir dengan membeli barang dari pabrik China, lalu mendistribusikan lagi ke kota-kota besar yang ada di Indonesia.
Sampai pada suatu titik, Suhendro Wang ingin naik kelas, karena baginya sudah cukup lama menjadi seorang importir dan saatnya untuk mencoba menjadi produsen kecil-kecilan. Dia berpikir sedemikian keras dan akhirnya menemukan produk pempek yang akan diproduksi.
"Karena saya orang Palembang, jadi setidaknya saya ingin ada satu bisnis yang bisa berkaitan erat dengan kota kelahiran saya. Maka dari itu saya memulai produksi pempek, dan saya juga sangat bangga karena bisa mempunyai satu bisnis yang mencerminkan dari mana asal diri saya," kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu 9 Oktober 2021.
Suhendro mengatakan, dia tidak asal-asalan dalam membangun dan memproduksi Pempek CRP. Sebab, dia selalu berprinsip untuk tidak melakukan suatu hal dengan setengah hati. Pebisnis itu juga berkata, karena pempek berkaitan dengan budaya Palembang, maka sesuatu yang berbau budaya pasti akan dikenang sepanjang masa.
Dia pun turut membagikan pemikirannya bahwa bisnis di bidang kuliner memiliki 3 level. Untuk level yang pertama, yaitu hit and run, di mana makanan akan booming pada suatu waktu, lalu setelah lewat 1-2 tahun, kepopulerannya akan hilang dan lenyap begitu saja.
"Kedua, level yang berkaitan dengan habit kesehatan. Misalnya jika saya ke mal, saya akan lebih memilih yoghurt frozen dibandingkan es krim merek A. Karena memakan yoghurt frozen terasa lebih enteng di tenggorokan dan pencernaan pun lebih lancar setelah mengonsumsi itu," jelas dia.
Sementara yang terakhir, level ketiga dalam bisnis makanan yaitu, berkaitan dengan budaya. Di titik ini, menurut Suhendro, bisnis kita akan bertahan everlasting alias selamanya. Sebab, makanan sudah menyatu dan melekat dengan budaya tertentu.
"Pempek sudah diuji oleh waktu dan telah 400 tahun lebih menjadi santapan banyak orang, hingga saat ini orang masih memakannya. Konon juga katanya pada zaman dahulu, pempek itu adalah makanan raja," tuturnya.
Suhendro Wang juga mengatakan, ke depannya dia mempunyai impian besar kelak suatu hari nanti, setiap hotel di Indonesia bisa memiliki menu pempek, baik untuk breakfast, brunch, atau sebagai makanan pilihan saat coffee break.