Dokter Zaidul Akbar: Jangan Cela Makanan Nggak Sehat
- YouTube dokter Zaidul Akbar
VIVA – Adab saat makan ternyata cukup beragam namun kerap diabaikan oleh umat muslim, termasuk mengomentari makanan. Tak sedikit masyarakat yang langsung merasa perlu mencela saat dihadapkan makanan tak sehat.
Pendakwah sekaligus praktisi medis dokter Zaidul Akbar menyebutkan bahwa adab makanan dalam Islam sangatlah penting untuk dilakukan. Ia tak menyarankan langsung berkomentar saat dihadapkan makanan yang dianggap tak sehat dan lebih baik berterimakasih pada yang menyajikan.
"Pas beberapa kali saya ngisi kajian di oleh-olehi cake-cake atau roti gitu, ya saya terima aja. Nggak saya ngomong apapaun ke makanannya, terimakasih ke yang ngasi, gampang kan? Nanti saya berikan ke yang mau makan dan cocok dengan itu, simpel," tuturnya dikutip dari akun Instagram pribadinya.
Lebih dalam, saat dihadapkan makanan yang dianggap tak sehat kerap kali manusia merasa perlu mengomentari negatif. Padahal, itu dapat menyinggung yang memberi makanan maupun tak sesuai adab yang dianjurkan Rasulullah SAW.
"Jangan cela makanan tersebut , misal wah gak sehat ni, inilah itulah. Jika mau makan ya makan aja, mau sehat atau gak sehat, gak usah puji gak usah cela, kalau di depan makanan," pesannya.
Akan lebih baik, kata dokter Zaidul Akbar, saat kita memahami kondisi makanan tersebut, cukup menelaahnya dalam hati. Seperti, apakah isinya lebih banyak mengandung pengawet, penyedap, hingga perasa buatan atau tinggi bahan alami?
Apabila jawabannya lebih banyak bahan-bahan buatan, alangkah baiknya menyebut makanan itu dengan istilah 'food like substance' alih-alih mencelanya.
"Penggunaan terminologi “nyampahin” badan memang karena yang kebanyakan masuk ke badan bukan lagi real food, whole food, tapi ya like substance itu, mau makan vit c ya dari jeruk , semua jeruk dimakan, bukan vit c dimasukan dalam jus jeruk yang vit c nya pun sintetik," imbuhnya.
Jika memang telah mengetahui jenis makanannya lebih banyak bahan-bahan buatan dibanding bahan alami, sadari apakah tubuh memang membutuhkannya atau keinginan mencicipi semata.
Namun sekali lagi, adab makanan ialah cukup memahami isi makanan dan menyadari kebutuhan tubuh untuk mengkonsumsi tanpa mencelanya.
"Pasti banyak masalah ke depan (kalau dikonsumsi), tapi ya di depan jus jeruk kemasan kotak yang dibuat di pabrik, ya kalo mau minum ya nggak apa-apa sih. Sehat? Kalo saya sih bilang nggak sehat, belum lagi gulanya. Kalau mau minum ya minum aja, mungkin sekali kali silakan aja, meski saya pribadi memilih mending bikin jus jeruk aja sendiri, repot sedikt tapi manfaat banyak. Dan misalnya kalau di depan jus jeruk kotakan itu, saya nggak akan cela itu jeruk, karena itu bukan adab terhadap makanan," pungkasnya.