Cara Bisnis Katering Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19
- VIVA.co.id/Linda Hasibuan
VIVA – Virus corona atau COVID-19 membawa dampak ekonomi yang berat. Selain industri pariwisata, industri pernikahan merupakan salah satu yang mengalami dampak paling buruk.
Banyak jasa boga pernikahan yang terpaksa vakum atau bahkan tutup karena pandemi ini. Dari yang mengandalkan penjualan dari menyajikan makanan untuk acara pesta pernikahan, banyak katering yang tidak bisa lagi menanggung biaya operasional yang sangat besar karena tidak adanya lagi acara pernikahan.
Ini merupakan tantangan yang sangat sulit bagi pelaku usaha catering. Menurut Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) para pengusaha katering mengalami penurunan omzet hingga 40 persen dibanding sebelum adanya pandemi COVID-19, demikian dikutip dari siaran pers, Kamis, 28 Mei 2020.
Akibatnya, para pelaku usaha harus memutar otak untuk meminimalisir PHK, supaya karyawan tetap bisa bekerja. Salah satu yang turut terkena dampak pandemi ini adalah Medina Catering yang berada di bilangan Jakarta Selatan.
Tidak berputus asa, mereka tidak menganggap corona sebagai tantangan, tapi sebagai peluang untuk membuka unit usaha baru dengan menjual produk bumbu instan dan juga sambal dalam kemasan.
Mereka menyadari, virus corona ini merubah perilaku konsumen dari yang biasa membeli makanan jadi, beralih ke masakan rumah. Memasak di rumah menjadi banyak pilihan keluarga karena kebersihan bisa lebih terjamin, sehingga mereka menganggap produk bumbu akan dapat diterima baik oleh pasar.
Para pelaku usaha katering dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan keadaan. Bagaimana tidak, akibat corona ini, tidak ada lagi acara-acara seperti pernikahan, gathering kantor, ataupun seminar yang menjadi sumber pemasukan mereka.
"Apabila produk baru ini tidak kami buat, kemungkinan besar kita akan mem-PHK 90 persen karyawan. Langkah strategis dari Medina Catering terbukti ampuh. Setidaknya, potensi PHK karyawan terminimalisir," ujar Medina.