Sashimi Versi Indonesia, Namanya Calok dari Kampung Segeram
- VIVA/Bimo Aria Fundrika
VIVA – Jika berkunjung ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau, calok adalah salah satu hidangan yang tidak boleh Kamu lupakan. Hidangan berbahan dasar udang rebon ini biasa dikemas dalam sebuah botol berukuran sedang dan difermentasi semalaman sebelum disantap.
Meski terkenal di pusat Kota Natuna, bahkan kerap dibawa ke luar negeri, Kampung Segeram, sebagai salah satu penghasilnya hampir selalu dilupakan keberadaannya. Bahkan, setiap penduduknya terus berpindah setiap tahunnya dari kampung tersebut.
Untuk melacak dan mencari tahu asal-usul dari calok, belum lama ini VIVA mencoba berkunjung ke Pulau Segeram. Ada dua opsi untuk bisa menuju ke sana, yakni via jalur darat atau jalur laut. Untuk jalur darat butuh waktu sekitar tiga jam dengan jalan yang belum beraspal dan membelah hutan kurang lebih satu jam.
Untuk jalur laut sendiri cenderung lebih singkat. Butuh sekitar 30 menit ke Pelabuhan Binjai dan melanjutkan dengan kapal cepat selama 1 jam.
Saat itu kami memilih jalur laut. Setelah tiba di Segeram, tidak terlalu sulit menemukan penghasil calok. Dari 32 kepala keluarga yang tinggal di Segeram, hampir 90 persennya merupakan produsen calok. Kami akhirnya bertemu dengan Syahrul Nizam, salah satu dari mereka.
"Jadi calok itu udang kecil yang dicampur dengan gula putih dan kemudian dimasukkan ke dalam semacam botol saus," ucap Syahrul.
Untuk membuat calok sendiri, udang yang ditangkap di lepas sungai dibersihkan dalam air di dalam bakul. Kemudian udang itu kembali dicuci dengan air laut, dan didiamkan selama semalaman. Barulah setelah itu dicampur dengan gula dan garam, lalu dimasukkan ke dalam botol.
"Setiap satu botolnya dijual dengan harga Rp12-Rp15 ribu. Ini bisa tahan sampai kurang lebih satu bulan," kata Nizam.
Menyantapnya pun sangat mudah. Calok bisa dimakan hanya dengan nasi hangat atau dicampur dengan lauk lainnya. Selain didominasi dengan rasa udang, calok juga memiliki rasa gurih. Maka tidak heran jika calok terkenal di seluruh bumi Natuna.
"Tapi kalau yang dijual di sana, Ranai, itu sudah dilabeli sama orang sana. Jadi mereka tidak tahu kalau calok itu berasal dari Segeram," kata dia.
Oleh karena itu, Nizam ingin agar pemerintah memberikan kepedulian kepada para produsen calok Segeram. Ia ingin para pengrajin sepertinya diberi pelatihan agar calok asal Segeram makin dikenal. (nsa)