Sejarah di Balik Kepopuleran Ayam Goreng Korea
- Pixabay
VIVA – Beberapa tahun belakangan ini ayam goreng Korea begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya restoran spesialis yang menyuguhkan ayam goreng Negeri Ginseng di mana-mana.
Perlu diakui keberadaan ayam goreng Korea ini tidak lepas dari drama Korea. Tidak sedikit dari drama tersebut menampilkan adegan para pemainnya menikmati seporsi ayam goreng bersama dengan bir.
Menariknya, keberadaan menu ayam goreng Korea di negara asalnya pun terbilang baru. Hal ini berawal pada tahun 1960-an. Saat itu perekonomian Korea masih sulit sehingga menu ayam goreng hampir tidak pernah tersaji. Demikian dilansir dari Asia One, Selasa, 30 Juli 2019.
Namun, seiring berjalannya waktu, perekonomian negara ini pun membaik sehingga menu ayam tersebut menjadi bagian dari kehidupan warga Korea. Itu ditandai dengan berdirinya gerai waralaba ayam goreng pertama di Korea, Lim's Chicken, pada tahun 1977.
Semenjak saat itu, bisnis ayam goreng pun semakin ramai di sana. Pada tahun 1990-an gerai ayam goreng kenamaan, KyoChon dan Nene Chicken membuka gerainya dengan menu ayam goreng dalam versi yang lebih modern.
Restoran tersebut pun kemudian memopulerkan pilihan rasa yang berbeda untuk ayamnya, sebut saja KyoChon yang membuat varian ayam goreng dengan kedelai. Selain itu yang juga populer adalah ayam goreng yangnyeom, yang mana ayam goreng dilapisi dengan saus pedas manis dari pasta gochujang.
Di Korea, masyarakatnya akan memakan ayam goreng bersama bir. Oleh karena itu, masyarakat menyebut sajian ini dengan sebutan chimaek (‘chi’ dari kata ‘chicken’ dan ‘maek’ dari ‘maekju’ yang berarti bir)
Pada tahun 2017, ayam goreng Korea pun semakin populer. Hal ini terlihat dari banyaknya gerai ayam goreng di sana, yakni mencapai 36 ribu.
Bukan hanya di negara asalnya, ayam goreng Korea saat ini juga telah meluas hingga ke mancanegara. Gerai ayam goreng seperti Bonchon, KyoChon dan Momofuku menjangkau hingga Amerika Serikat, Australia, Taiwan, Cina, Filipina, Myanmar, Vietnam Singapura hingga Indonesia.
Menurut direktur operasi KyoChon 1991, Joyce Chin, restoran ini bisa menjual rata-rata 35.000 sayap ayam setiap hari di 14 outlet nasional mereka. Jumlah ini melonjak menjadi 52.000 pada akhir pekan.
Chin mengatakan ada banyak faktor kemungkinan yang berkontribusi terhadap kenaikan pemesanan ayam goreng Korea, tetapi yang paling menonjol di antaranya adalah karena faktor rasa.
"Setiap orang memiliki alasan berbeda untuk menyukai ayam goreng Korea, tetapi pendapat pribadi saya adalah bahwa itu jauh lebih lezat dengan rasa unik seperti bawang putih, kedelai aromatik, lada merah dan madu manis di bibir," kata dia.
Selain itu, Chin juga menambahka, tekstur ayam Korea yang tidak berminyak dan crunchy ini begitu diminati, karena berbeda dengan ayam goreng ala Barat yang juga populer sejak lama.
Meski sama-sama dibalut tepung renyah, ayam goreng Korea memiliki lapisan kulit tepung yang lebih tipis. Lapisan kulit tepung ini biasanya didapatkan dari penggunaan tepung yang terdiri dari campuran tepung terigu, tepung jagung dan tepung beras.
Selain itu, proses pemasakan juga yang membuat tekstur ayam Korea berbeda dengan ayam goreng ala Barat. Ayam juga melalui proses penggorengan dua kali, inilah yang membuat ayam goreng Korea punya sensasi kelezatan tersendiri.