Berburu Aneka Makanan Lokal Indonesia di Kreatifood Expo
- VIVA/ Nur Faishal/ Surabaya
VIVA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menyelenggarakan Kreatifood Expo dengan melibatkan 144 pelaku kreatif di bidang kuliner. Tahun ini, Kreatifood digelar di Atrium Ciputra World Mall Surabaya, Jawa Timur, selama tiga hari, Jumat hingga Minggu, 12-14 Juli 2019. Aneka kuliner menarik dan maknyus dipamerkan di gelaran ini.
Kreatifood Expo di Surabaya adalah ke sekian kalinya diselenggarakan dan tahun ini hanya di Surabaya. Tahun lalu, acara serupa digelar di sepuluh kota besar di Indonesia. Ratusan distributor dengan produk kuliner rintisan hadir berkontribusi. Sama dengan tahun lalu, Kreatifood kali ini menargetkan transaksi lebih dari Rp1 miliar.
Kepala Sub Bidang Pengembangan Pasar Dalam Negeri Bekraf, Yuana Rochma Astuti, mengatakan pameran kuliner kreatif digelar untuk meningkatkan pemasaran subsektor kuliner dengan menghubungkan perusahaan rintisan (startup) kuliner kepada kanal distribusi dan pemasaran.
Selain itu untuk meningkatkan peluang investasi baru dari sisi permodalan non perbankan. "Kami terus berkomitmen mengakselerasi produk dari pelaku ekonomi kreatif khususnya dalam hal pemasaran baik di dalam maupun luar negeri," kata Yuana di lokasi Kreatifood Expo.
Berkaca pada gelaran sebelumnya, dampak positif dari pameran tersebut ialah terbukanya pasar luar negeri. Hal itu diakui oleh Kepala Subdit Pasar Segmen Bisnis dan Pemerintah Bekraf, Fahmi Akmal. "Cuma kami memang belum mendata berapa secara pasti produk-produk kuliner yang sudah masuk pasar luar negeri," ujarnya.
Pengamatan VIVA di lokasi, aneka kuliner sudah dipajang di tenant-tenant. Semuanya produk lokal dengan kemasan yang sedap dipandang. Salah satunya cemilan sejenis manisan buah bernama Happinaz, Happijam, dan Rujaker. Kuliner unik itu diproduksi oleh sekelompok anak muda asal Jakarta dari irisan buah-buahan yang dikeringkan.
Sang Co-Founder, Rahmat Soleh, mengatakan, dirintis sejak tahun lalu, produknya kini tidak hanya laris di dalam negeri, tapi juga merambah ke negara luar, di antaranya Jepang. "Sementara ini masih Jepang, kadang pesan sampai empat-lima ton," kata alumnus Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu. (ren)