Uniknya Lebaran Ketupat di Kepulauan Sangihe
- VIVA/ Agustinus Hari/ Manado
VIVA – Umat Muslim di Sulawesi Utara, ikut merayakan Lebaran Ketupat. Yang unik, Lebaran Ketupat di Kabupaten Kepulauan Sangihe dirayakan semua orang, tanpa memandang agama, suku, dan latar belakang apapun. Semua orang melebur dalam kebersamaan. Mereka datang saling bersilahturahmi kepada saudara, sahabat yang beragama Islam.
Lebaran Ketupat merupakan ajang silahturahmi tanpa batas yang bermakna kebersamaan antar sesama agama, maupun berbeda agama dan keyakinannya.
Seperti yang dirasakan warga di Kelurahan Tidore, Kecamatan Tahuna Timur, Sangihe. Mayoritas beragama Muslim sehingga rumah mereka dikunjungi warga lainnya yang datang dari berbagai penjuru. “Aneka kuliner laut seperti ikan bakar, dan lain sebagainya tak kalah menarik dari opor ayam, soto, rendang dan menu lainnya yang disajikan,” ujar Fitri Lumiu, warga setempat, Kamis 13 Juni 2019.
Hal demikian menjadi kekayaan suku Sangihe dalam menguatkan tali persatuan di perbatasan Indonesia dengan Filipina, yang merupakan implementasi kerukunan yang terbangun sejak ratusan tahun lamanya di Sangihe.
“Sehingga semua ini berjalan tentram dan damai, berkat komitmen kita semua dalam menata tatanan kehidupan sosial masyarakat yang terbangun dalam silaturahmi bersama,” kata dia.
Tokoh agama Sangihe, Ridwan Naki SAg menyebutkan perayaan Lebaran Ketupat di Sangihe dimulai sejak tahun 80-an. Saat itu diselenggarakan di Akembuala, Kelurahan Apengsembeka. Penyelenggaraan ketupat lebaran saat itu berkonsep pada realitas kerukunan antara umat seagama, kerukunan antara umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah.
Sehingga sampai hari ini perayaan ketupat telah membudaya sebagai ajang silaturahmi antar umat Islam dan umat beragama lainnya, dan terlihat dalam perayaan ketupat yang dirangkaikan dengan Halal bi halal.
“Kebiasaan merayakan ketupat yang sudah membudaya yang diselenggarakan dalam satu kampung, sudah tentu menyediakan ketupat dan sajian makanan lainnya, kemudian dihadiri oleh masyarakat dari kampung lainnya untuk ikut berlebaran ketupat,” ujarnya.(nsa)
"Perayaan ketupat dari sisi tradisi mengandung nilai kebaikan yaitu nilai persatuan, kebersamaan yang harus terus dibudayakan oleh umat Islam Sangihe sebagai umat washito (pertengahan) yang ditugaskan untuk dapat berdiri di tengah tengah umat lainnya," kata salah satu tokoh NU Sangihe tersebut.