Dari Jamur Tiram Warga Kuniran Ngawi Menanam Asa
VIVA – Warga kaki Gunung Lawu Desa Kuniran, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kini akrab dengan jamur Tiram. Belakangan, warga setempat membudidayakan tumbuhan yang hidup dengan cara menyerap zat dari lingkungan sekelilingnya itu. Dari sekadar menanam dan memanen, warga beranjak coba mengolah jamur jadi produk kuliner.Â
Desa Kuniran terletak di perbatasan barat Jawa Timur-Jawa Tengah. Desa ini belakangan tengah bergeliat dengan budidaya jamur Tiram. Sekira seratusan warga bergabung jadi satu kelompok, menggunakan waktu senggang mereka di sela-sela bertani padi dan beternak, untuk membudidayakan tumbuhan yang kaya akan karbohidrat, protein dan vitamin itu.
Satu rumah bambu tempat ratusan baglog (media untuk pertumbuhan jamur) bantuan dari PT Campina Ice Cream Industry dibuat. Salah satu petani jamur, Tohar, mengatakan dalam setahun masing-masing baglog bisa menghasilkan jamur Tiram siap olah sekira tujuh kali. Dari tanam hingga petik membutuhkan waktu 30-40 hari.Â
Sementara ini, warga baru sebatas menanam dan memanen. Dalam sehari, sekira dua kuintal jamur diproduksi di Kuniran. Kelompok tani kemudian menjualnya ke tengkulak. "Harganya per kilo sekitar sembilan sampai sepuluh ribu (rupiah)," kata Tohar, salah satu petani jamur ditemui di Balai Desa Kuniran pada Minggu, 28 April 2019.Â
Dari sekadar menanam, warga Kuniran ingin beranjak menambah nilai ekonomi jamur yang mereka produksi. Tidak hanya memetik, namun mengolah lalu menjualnya sendiri. Dengan begitu, nilai lebih jamur bisa mereka nikmati, lebih dari hanya menanam dan memetik lalu dilepas ke tengkulak. Istilahnya, petik-olah-jual ingin mereka lakukan.Â
Nah, salah satu jawabannya ialah kuliner. Sebetulnya, warga sudah memiliki modal mengolah jamur jadi aneka penganan. Di balai desa, VIVA melihat bagaimana cakapnya ibu-ibu mengolah jamur jadi soto, sate, mie pangsit, jamur Tiram bumbu rujak, dan lainnya. Semuanya berbahan utama jamur Tiram. Ada juga produk bumbu kemasan kaldu rasa jamur merk Totole.Â
Masalahnya ialah pada pemasaran. Ke mana warga Kuniran hendak menjual produk olahan jamurnya itu? "Kita mengarahkan masyarakat Kuniran ke situ, bagaimana memasarkannya. Syukur-syukur di sini nanti ada wisata, pemandangan alamnya bagus, jadi kita dirikan nanti tempat kuliner yang bagus," kata Direktur Campina, Hendro Hadipranoto.