Lebih Baik Konsumsi Garam Laut atau Garam Meja?

Ilustrasi garam
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Garam menjadi bumbu masak yang wajib hadir dalam dapur Anda. Garam sendiri berfungsi untuk menambah rasa pada makanan yang dimasak.

Dianggap Picu Obesitas Hingga Bikin Bodoh, Ahli Gizi Ungkap Manfaat MSG Jika Dikonsumsi Secukupnya

Tidak sedikit dari ibu rumah tangga memiliki lebih dari satu jenis garam, mulai dari garam meja, garam laut hingga garam himalaya. Baik garam laut maupun garam Himalaya diketahui memiliki kandungan mineral asli, seperti magnesium dan kalium.

Tetapi apakah jejak mineral dan unsur-unsurnya itu membuat garam laut lebih sehat dibandingkan dengan garam meja? Banyak orang berpikir garam laut lebih baik karena mineralnya, tetapi menurut Mayo Clinic, garam laut dan garam meja memiliki nilai gizi dasar yang sama.

Mengulik Manfaat Rasa Umami, Tingkatkan Nafsu Makan Lansia Hingga Bantu Pembentukan Protein

Dikutip dari Reader's Digest, garam laut dan garam meja juga memiliki jumlah natrium yang sama. Sementara menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Environmental Science and Technology, garam laut memiliki lebih dari sekadar mineral.

Dalam banyak kasus, ada juga limbah plastik di garam laut. Masalahnya adalah, adanya kantong plastik dan sampah lainnya di saluran air, sehingga menyebabkan sebagian besar merek garam laut mengandung partikel mikroplastik.

Kebut Pembangunan Bandara VVIP di IKN, BMKG Semai 16 Ton Garam untuk Kendalikan Hujan

Lalu, bagaimana dengan yodium dalam garam meja? Diproduksi di tambang garam, garam meja mengalami lebih banyak proses daripada garam laut. Ini berarti sebagian besar garam meja tidak memiliki mineral alami.

Namun, patut dicatat bahwa sejak tahun 1920-an, produsen telah menambahkan yodium ke garam olahan. Ini adalah mineral penting untuk menjaga kesehatan tiroid. Pada saat yang sama, terlalu banyak garam juga bisa mengganggu kesehatan Anda.

Nah, dari dua jenis garam ini sebenarnya tak ada yang terbaik. Intinya adalah dalam hal asupan garam, yakni dengan tidak berlebihan mengonsumsinya.

Ilustrasi serangan jantung

Angka Kematian Penyakit Jantung di Indonesia Capai 650 Ribu, Dokter Ungkap Pemicu Utama Hipertensi

Berdasarkan data Kemenkes pada 2023 di Indonesia angka kematian akibat penyakit jantung (kardiovaskular) masih sangat tinggi, mencapai sekitar 650 ribu penduduk per tahun

img_title
VIVA.co.id
9 Oktober 2024