Serunya Melihat Proses Pembuatan Keju Aneka Rasa di Cibitung
- VIVA/Isra Berlian
VIVA – Keju menjadi salah satu bahan makanan yang belakangan ini tengah populer di kalangan masyarakat. Hal ini lantaran keju bisa dikombinasikan dengan berbagai jenis makanan selain roti dan martabak. Sebut saja mi, ayam geprek, ayam Korea bercita rasa pedas hingga cheese tea.
Ya belakangan ini olahan keju memang digemari oleh masyarakat Indonesia. Saking sukanya, kita sering membeli keju dalam jumlah yang banyak. Namun, sebagian dari kita hanya tahu keju yang tersedia di pasaran dan tidak tahu bagaimana proses pembuatannya.
Hari ini, Selasa 12 Februari 2019, VIVA pun berkesempatan melakukan kunjungan pabrik ke salah satu pabrik keju olahan PT Emina Cheese Indonesia di area MM2100, Cibitung, Bekasi Jawa Barat. Selama berkunjung ke pabrik seluas 5.000 meter ini, Presiden Director Emina Cheese Hiroyuki Okada, Marketing Manager Michael Hermanto dan QAQC Senior Manager Sulaeman Hidayat mengajak awak media berkeliling melihat bagaimana proses pembuatan keju.
Kami juga menengok bagaimana proses pembuatan keju olahan stick unggulan mereka. Sulaeman menjelaskan bagaimana proses pembuatan keju dari awal hingga siap dijual. Secara umum, proses pembuatan keju terbagi menjadi tiga tahapan, yakni melting, filling dan packaging.
Pada tahap melting, keju akan mengalami tiga proses. Pertama cutting, di mana natural cheese dipotong menjadi ukuran kecil, kemudian dimasukkan ke dalam ketel (cooker).
“Semua bahan seperti keju, palm oil, water dan bahan lainnya dicampur dalam satu ketel kemudian ditutup dan dimasak dengan temperatur tinggi untuk membunuh mikroba yang tidak baik,” kata dia di lokasi, Selasa 19 Februari 2019.
Kedua, proses pencampuran keju dengan bahan lain. Untuk penggunaan rasio keju disesuaikan dengan rasa keju yang dijual. Setidaknya perusahaan keju ini memiliki tiga varian rasa, mulai dari rich, pizza dan banana caramel. Untuk rasio penggunaan keju pada rasa varian rich, komposisi keju alami lebih dari 50 persen, sehingga hasil akhir produk keju memiliki rasa yang lebih kuat.
Sedangkan untuk rasio penggunaan keju untuk pizza dan banana caramel di bawah 50 persen. Ini mengingat adanya tambahan material lain, seperti perasa pizza, saus tomat dan cabai untuk keju rasa pizza dan penambahan pure pisang pada keju rasa banana caramel.
“Untuk rasio keju akan kita kurangkan. Kita sesuaikan target komposisi yang mau kita dapatkan karena rasio komposisi protein dan fat ini berpengaruh pada stabilitas keju,” ujar dia.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses emulsifikasi, yaitu proses agar minyak dan air dalam keju bisa menjadi satu kesatuan, sehingga pada produk akhirnya tidak ada separasi atau memisah antara air dan minyak.
Setelah proses melting selesai, dilanjutkan dengan filling. Pada tahap ini, keju diisi ke kemasan primernya dalam kondisi panas. Saat diproses, penting untuk menjaga temperatur keju untuk mengurangi kadar oksigen di dalam keju yang nantinya bisa menjadi sarana untuk membuat mikroba tumbuh dan memengaruhi proses oksidasi yang bisa membuat keju menjadi cepat tengik.
“Memastikan temperaturnya memang tetap tinggi di atas 60 derajat. Kalau di bawah itu, keju akan padat. Kedua tidak bagus nanti ada mikroba, dia akan survive maintenaance temperatur,” ujarnya.
Sulaeman menjelaskan pada tahap ini, pihaknya juga perlu maintenance ruangan menggunakan clean room. Ini untuk memastikan udara yang masuk ke ruangan terhindar dari kontaminasi mikroba.
Dari filling, kemudian dilanjutkan dengan proses packing. Pada tahap ini, produk dikemas ke dalam kemasan sekunder (innerbox) dan tersier (box) dengan maksud untuk memudahkan proses handling.
“Sebelum produk dimasukkan ke kemasan karton, produk dilewatkan di sinar x-ray, tujuannya mendeteksi kalau misalnya ada benda yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa, seperti metal, plastik bisa berbahaya, deteksi di awal di-reject,” kata Sulaiman.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan berat barang dengan tujuan agar konsumen mendapatkan produk sesuai dengan yang tertera dalam kemasan.(nsa)