Survei : Masyarakat Indonesia Ogah Tunggu Kopi Lama-lama
- Pexels/The Lazy Artist Gallery
VIVA – Dalam beberapa tahun belakangan, tren minum kopi semakin meningkat di masyarakat Indonesia. Hal ini salah satunya terlihat dengan semakin menjamurnya beragam kedai kopi di Tanah Air.
Tidak hanya itu, jika sebelumnya kopi mungkin hanya digemari oleh para orang tua. Ritual meminum kopi kini bahkan menjadi standar gaya hidup tersendiri bagi kalangan anak muda. Namun, ada sebuah fakta menarik yang berhasil diungkap dari PT Kopi Petani Indonesia (KOPPI).
Mereka mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli atau mengonsumsi kopi setiap hari. Antara lain masalah kecepatan, kemudahan, harga dan kualitas rasa.
“Konsumen enggan mengantre lebih dari 15 menit hanya untuk membeli segelas kopi atau menunggu layanan pengantaran lebih dari 45 menit," Founder sekaligus Chief Executive Officer KOPPI, Tony Arifin kepada VIVA dalam siaran persnya.
Ia menjelaskan, hal ini lantaran semakin lama kopi disajikan, maka semakin turun pula kualitasnya. Atau dengan kata lain semakin lama waktu tunggu akan menyebabkan kualitas kopi menjadi tidak segar dan sudah encer.
"Mahalnya harga segelas kopi yang dinikmati di kedai atau diantar (grab and go) juga menjadi faktor penentu. Survei menyebutkan, kemampuan seseorang untuk membeli kopi setiap hari hanya sekitar Rp15 ribu per gelas,"kata dia.
Di sisi lain, meski kini banyak merek kopi yang menawarkan harga yang murah tidak serta merta mendorong seseorang untuk melakukan pembelian. Rasa yang berlebihan seperti terlalu manis adalah hal yang paling sering dikeluhkan konsumen.
"Karena itu kami ingin menjawab tantangan melalui layanan pre-order pengantaran ekspres, menggunakan bahan berkualitas, serta harga yang terjangkau sehingga setiap orang bisa ngopi setiap hari," ungkap Tony. (fin)