Sandwich Seharga Rp92 Ribu di Pesawat Bikin Penumpang Kesal
VIVA – Sandwich menjadi salah satu makanan alternatif untuk mengisi perut yang kosong tanpa harus repot. Mengingat cara pembuatannya yang tidak memakan waktu lama dan isinya yang beragam membuat makanan ini cukup mengenyangkan.
Namun, hal itu berbeda dengan apa yang dirasakan seorang penumpang maskapai Jetstar yang terbang dari Bali ke Australia baru-baru ini. Seorang marketing dan event writers yang berbasis di Brighton, Nick Mosley yang tengah lapar kala itu membayangkan bagaimana enaknya menyantap sandwich selama perjalanan udara. Ia pun memesan tiga buah sandwich.
Namun, betapa kagetnya dia saat menerima sandwich pesanannya. Sandwich seharga Rp92 ribu tersebut bisa dibilang hampir tak ada isinya. Satu sandwich ‘basah’ atau berair yang disajikan hanya berisikan margarin dan satu lembar daun selada yang tidak utuh.
Sementara dua sandwich lain yang ia pesan tak jauh berbeda dengan yang pertama, namun terdapat sedikit telur di dalamnya. Demikian dilansir dari The Sun, Jumat, 25 Januari 2019.
Kekecewaannya itu pun dia tumpahkan ke media sosial. Dia mengunggah foto sandwich itu ke akun Twitter-nya.
"Saya harus mengatakan @JetstarAirways mengenakan saya AUS$9 untuk sandwich tanpa isi apa pun. Bagus untuk keuntungan mereka tetapi tidak begitu baik untuk mengisi perut pelanggan," tulis dia.
Melihat itu, pihak maskapai pun mengatakan akan menindaklanjuti masalah tersebut. Seorang juru bicara perusahaan kemudian menawarkan untuk mengembalikan seluruh uang Nick dan mengutarakan permintaan maafnya.
"Kami meminta maaf atas kurangnya isian sandwich dan kami mengerti itu tidak memenuhi harapan Anda. Ini tidak biasa. Kami telah mengirimkan feedback ini ke katering kami," tulis perusahaan maskapai.
Meski begitu, Nick tampaknya masih kesal dan berpikir bahwa harga yang tidak murah untuk membeli makanan di pesawat seharusnya juga diimbangi dengan kualitas makanan tersebut.
"Saya pikir makanan maskapai penerbangan, apakah itu termasuk dalam harga tiket atau tersedia untuk dibeli di pesawat, harus layak dan merupakan refleksi yang adil dari harganya,” ucapnya.
"Akan selalu ada orang-orang saat penerbangan yang melakukan perjalanan lebih lama dengan penerbangan lanjutan, sehingga makanan yang buruk memiliki dampak langsung pada kesejahteraan serta dompet mereka," katanya menambahkan. (ldp)