Traveling Probolinggo-Banyuwangi, Rugi Tak Mampir Warung Pak Cip
VIVA – Warung Pak Cip tak bagus-bagus amat. Luas, iya. Tapi soal menu serba ikan bakar yang disajikan, jangan tanya. Maknyus, istilah pecinta kuliner, jika keringat mengalir deras saat makan, itulah kenikmatan hakiki. VIVA merasakan itu saat mengisi perut di Warung Pak Cip pada Selasa, 25 September.
Warung Pak Cip berada di pinggir Jalan Raya Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Lokasinya sekira lima kilometer ke barat dari kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Paiton. Papan besar bertuliskan WR Pak Cip terpampang jelas-jelas. Pengendara yang melintas di jalur pantai utara Probolinggo mudah melihatnya.
Pak Cip bukanlah nama si pemilik. Dia adalah panggilan pendek dari Sucipto, anak laki-laki dari sang pemilik warung, Haji Mohammad Jamaluddin. Kebiasaan warga Probolinggo dan Madura, terutama generasi tua, seorang pria biasanya dipanggil dengan nama anak laki-lakinya. "Pak Cip itu nama anak saya," kata sang pemilik warung, Jamaluddin.
Pak Cip mengaku membuka warung makan sejak1990. Mula-mula dia buka di atas perbukitan yang kini lahannya dipakai PLTU Paiton. Kala itu, proyek pembangunan PLTU baru dimulai di bibir pantai Desa Binor. Fasilitas pembangkit listrik itu berada di seberang gundukan bukit, terpisah jalan arteri pantai utara Probolinggo-Situbondo. "Jadi pelanggan saya, ya, orang PLTU," tuturnya.
Tahun 2008, lanjut Pak Cip, warung pindah ke bawah di tempat yang sekarang. "Saya pindah setelah lokasi yang di bukit itu dipakai PLN (unit pembangkit yang dikelola Perusahaan Listrik Negara). Saya sewa lahan punya Perhutani di sini sampai sekarang," tandas pria berkumis itu.
Menu makanan yang dijual Pak Cip sederhana. Semua serba ikan bakar. Bahasa kerennya, seafood. Ada dorang, kakap, kerapu, udang, cumi-cumi, dan lainnya. "Semua ikan ada. Ikan yang ada di tulisan (menu) itu, di sini ada semua," kata Pak Cip dengan logat Madura kental.
Ikan bakar yang disajikan Pak Cip tidak begitu repot. Hanya lalapan. Tapi yang khas dan bikin selera naik ialah sambal tomatnya. Sobekan daging ikan bakar yang kering tapi empuk dipadu colekan sambal tomat terasa nikmat di lidah.
Pak Cip mengaku dari dulu sampai sekarang membakar ikan dengan arang kayu. Dia tak pernah mengganti dengan peralatan bakar modern. Sebab itu aroma ikan bakarnya betul-betul menonjol. Memang, di samping warung ada banyak tumpukan kayu hutan tergeletak rapi di sebuah lahan kosong. "Dibakarnya pakai arang kayu," ucapnya.
Pernah Pak Cip mengubah menunya dengan ayam, bukan ikan. "Enggak ada yang beli. Pelanggan saya bilang, kalau ayam di Surabaya banyak, Pak Cip. Bosan. Ya, sudah. Saya jual ikan bakar semua sampai sekarang. Saya, kan, hanya menuruti keinginan pelanggan," kata Pak Cip.
Selain memenuhi keinginan pelanggan, Pak Cip juga berbagi tips agar pelanggan tidak lari, bahkan tamu-tamu baru berdatangan. "Saya mesti ramah. Pernah ada pelanggan duduk di tempat lesehan sepatunya enggak dibuka, ya sudah saya biarkan. Begitu selesai dan pergi, saya pel. Enggak apa-apa, asal pelanggan tidak lari," katanya.