Jangan Bungkus Daging Kurban dalam Plastik Kresek, Ini Bahayanya

Ilustrasi daging kurban.
Sumber :
  • Pixabay/mp1746

VIVA – Sudah menjadi kebiasaan masyarakat mengemas daging kurban menggunakan kantong plastik kresek untuk diberikan kepada yang berhak. Padahal plastik kresek retan terkontaminasi oleh bakteri.

Bikin Cepat Empuk dan Kaya Rasa, Begini Teknik Masak Buntut Sapi Ala Chef Profesional

Oleh karena itu, agar kualitas daging tetap bagus dan awet, dapat dipilih beberapa alternatif pengemasan, salah satunya ialah pengemasan daging dengan menggunakan plastik PA/PE berperekat (sealed plastic bag).

“Kantong plastik berperekat merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik. Dengan perekat, daging dapat terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu, dan risiko tumpah pada waktu didistribusikan,” ujar Pakar food packaging Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Dr. Ir.Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng, IPM, Selasa, 21 Agustus 2018.

Ingin Daging Kurban yang Empuk dan Lembut? Intip Tipsnya dari Chef Yuda Bustara

Ia juga menambahkan bahwa plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran. Selain menggunakan kemasan plastik PA/PE, ia juga menyarankan agar kemasan daging diberi label menggunakan stiker.

“Stiker label pada kemasan terlihat sederhana tetapi penting. Dalam label dapat dicantumkan nama masjid penyalur daging kurban, jenis daging, berat daging dan saran penyimpanan,” ucap dosen lulusan Gangneung-Wonju National University itu.

Terpopuler: Kebiasaan Usap Wajah dan Salaman Usai Salat, Bule Baca Al-Quran 18 Jam

Menurutnya, informasi ini akan sangat membantu masyarakat, meningkatkan fungsi kemasan, serta membantu memberikan informasi produk dalam kemasan.

Lebih lanjut, Endy juga menekankan agar plastik hasil daur ulang dihindari untuk digunakan dalam membungkus daging kurban.

“Ketika membeli kantong plastik, selama tidak tertera simbol daur ulang berbentuk segitiga dengan kode angka 1-7, sebaiknya dihindari, karena sulit diketahui jenis dan asal produk," katanya.

Ia mengatakan bahwa kandungan berbahaya dalam plastik hasil daur ulang dapat berpindah ke dalam makanan yang terkena panas dengan lama waktu dan temperatur tertentu, terutama makanan yang mengandung lemak. Plastik daur ulang juga tidak selalu berwarna hitam, tergantung dari pewarna yang digunakan.

Endy menjelaskan, angka 1 (PET) berarti Polyethylene Terephthalate, angka 2 (HDPE) berarti High-density Polyethylene, angka 3 (PVC) berarti Polyvinyl Chloride, angka 4 (LDPE) berarti Low Density Polyethylene, angka 5 (PP) berarti Polypropylene, angka 6 (PS) berarti Polystyrene, dan angka 7 (Other) berarti plastik kombinasi atau dari bahan plastik lain.

“Untuk produk makanan atau minuman umumnya digunakan jenis PET atau PP,” ujar Endy.

Alternatif Lain

Endy juga mengungkapkan bahwa terdapat dua alternatif lain pengemasan daging yang bisa digunakan selain plastik berperekat.

“Pertama, kita dapat menggunakan kemasan vakum. Dengan pengemasan seperti ini, kadar oksigen dapat dikurangi sehingga otomatis proses oksidasi berkurang. Proses ini efektif untuk mengurangi ketengikan daging,” kata Endy.

Kemasan vakum merupakan pilihan yang mudah dan terjangkau. Kantong plastik vakum berbahan baku PA/PE, 2 lapis dengan bahan Polyamide atau polyethylene dan mesin vakum sekarang juga mudah di dapatkan di pasaran dengan harga terjangkau.

“Pilihan kedua di era industri yang sangat potensial untuk digunakan ialah retort pouch, yaitu pengemasan dengan proses sterilisasi menggunakan plastik multilayer,” ucap Endy.

Proses sterilisasi mikrobakteri hingga 121 derajat Celsius juga diketahui dapat mengawetkan daging olahan selama lebih dari satu tahun pada suhu ruangan.

Endy mengungkapkan, pengemasan ini memang belum banyak berkembang di Indonesia. Namun, ia yakin teknik itu punya prospek bagus di Indonesia yang rawan bencana alam.

“Teknik ini sangat sesuai digunakan untuk mengemas daging olahan yang akan disalurkan ke daerah bencana. Transportasi bahan bernutrien tinggi sulit, sehingga retort pouch dapat menjadi solusi yang tepat,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya