Kini Ada Mi dan Makaroni dari Umbi-umbian, Lebih Sehat Lho

Mi dari umbi-umbian yang diciptakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Laboratoroium Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan produk inovatif untuk jajanan sehat dari umbi-umbian. Jajanan yang saat ini sedang dikembangkan adalah mi dan makaroni yang terbuat dari campuran tepung singkong dan pati garut.

Dipilihnya mi dan makaroni karena dua jajanan tersebut sedang digemari masyarakat, terutama para remaja.

"Trennya jajanan mi dan makaroni terus meningkat. Tapi yang perlu diketahui bahwa mayoritas mi yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia adalah dari tepung terigu yang berasal dari gandum. Sayangnya sampai hari ini seratus persen masih impor," kata Kepala Laboratorium ITP UMM, Damat, Jumat 27 Juli 2018.

Berdasarkan data, Damat menyebut, Indonesia menjadi importir gandum terbesar kedua setelah Mesir. Pada tahun 2018 saja, impor gandum Indonesia sudah mencapai lebih dari 10 juta ton.

"Bahkan berdasarkan data yang dirilis Departemen Pertanian Amerika Serikat, lima tahun lagi Indonesia diproyeksi akan menjadi importir gandum terbesar di dunia," kata dia.

Damat mengatakan, membuat mi dan makaroni dari sumber pangan lokal untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang kuat. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian khusus karena pemanfaatan umbi-umbian bisa menggantikan tepung terigu yang diketahui memiliki potensi nilai ekonomi sangat besar.

"Berdasarkan data statistik, tren konsumsi tepung terigu gandum dari tahun ke tahun terus meningkat. Katakanlah, kalau kita berhasil mengembangkan produk umbi-umbian ini, tidak mesti 50 persen, cukup 10 persen kita kuasai pasar, nilainya sudah sangat luar biasa besar,” tutur Damat.

Dia menyebut, nilai gizi beberapa jenis ubi-ubian seperti ubi jalar, singkong dan umbi garut diketahui memiliki kandungan serat lebih tinggi ketimbang gandum. Selain itu, pada ubi jalar kaya antioksidan, yakni salah suatu senyawa yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dari Camilan Ringan Bisa Jadi Bisnis Sampingan

"Sementara itu, tepung terigu mengandung protein khas yang disebut gluten. Protein inilah yang membuat produk roti dapat mengembang baik. Namun bagi sebagian orang, keberadaan gluten ini justru dapat menimbukan efek negatif," ujar Damat.

Dia menuturkan, bagi penyandang autisme jika mengonsumsi gluten secara berlebihan membuatnya menjadi hiperaktif. Selain itu, gluten juga dapat memicu kerusakan jaringan mikrovili pada usus halus yang dikenal dengan penyakit celiac disease.

Berawal dari Jualan Makaroni Keliling, Pria Ini Raih Hampir Rp1 Miliar

"Jika mikrovili rusak, maka absorpsi atau penyerapan makronutrien (zat gizi yang dibutuhkan tubuh) akan terganggu, sehingga dapat berakibat malnutrisi,” kata Damat.

Ke depan, pihaknya berencana menindaklanjuti produk ini untuk dikembangkan sebagai produk komersial. Salah satunya, dengan membentuk unit khusus di UMM yang menampung segala inovasi dari sejumlah laboratorium yang ada agar bernilai ekonomis. (ren)

Penasaran Icip Nikmatnya Mi Daging Sapi Taiwan, Semangkuk Rp5 Juta?
 Koper berisi uang di atas tumpukan Porang

Harga Porang Gacor, Petani di Manggarai NTT Dapat Cuan Berkoper-koper

Petani Porang Lando Lomes di Desa Gunung Baru, Kecamatan Kotakomba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT ramai-ramai panen porang. Cuan hingga miliaran

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2024