Perpustakaan Ini Isinya Bukan Buku, Tapi Koleksi Adonan Roti
- Instagram sourdoughclub
VIVA – Kalau berpikir isi perpustakaan identik dengan buku-buku berjejal hingga menyentuh langit-langit, singkirkan dulu pemikiran tersebut. Jika datang ke perpustakaan ini, Anda pasti kaget melihat isinya. The Puratos Sourdough Library, di sini justru adonan roti yang berdiam menempati rak-rak.
Karl De Smedt, pustakawan adonan asam pertama dunia dan juga pendiri perpustakaan unik tersebut, awalnya hanya bekerja di perusahaan roti Puratos di Belgia sejak tahun 90-an. Smedt memiliki alergi pada tepung, De Smedt bahkan pernah menunjukkan gejala asma karena terlalu lama terpapar debu dari tepung.
Karena kondisinya, De Smedt dipindahkan ke bagian pelatihan di Puratos. Di saat yang sama, adonan asam tengah berkembang pesat. Puratos sendiri memiliki koleksi roti untuk penelitian, dimulai dari adonan asam San Fransisco tahun 1989. Kemudian Purator membuka pusat bumbu roti di St.Vith tahun 2008.
Dan sebagai pusat awal koleksi roti, De Smedt meminta memperlihatkan mereka dalam satu tempat. Dan itulah awal Sourdough Library yang resmi dibuka di pertengahan tahun 2013.
Saat mulai mengumpulkan, De Smedt mengutamakan kepopuleran, bahan tak biasa dan jarang, usia perkiraan. Ketika ditanya tentang koleksi tertua, De Smedt mengatakan tidak ada yang pasti untuk mengatakan.
"Jika seseorang mengatakan aku punya adonan asam 500 tahun, aku harus percaya mereka," ujarnya seperti dilansir Atlas Obscura.
Baginya bagaimana merawat adonan bisa mengubah koloni mikroba. Di sisi lain, sulit mengatakan bahwa yang sudah tua benar-benar sudah setua itu.
Untuk melengkapi koleksinya, De Smedt bepergian ke banyak tempat untuk mendapat tradisi kuat adonan asam. Seperti San Fransisco, Seattle, Alaska, Kanada. Untuk menjaga kondisi adonan tersebut, diperlukan aturan ketat, untuk mencegah kontaminasi dan perubahan suhu yang bisa mempengaruhi adonan.
Tapi tidak seperti perpustakaan pada umumnya yang bisa dikunjungi, perpustakaan yang dikabarkan memiliki 105 adonan dari berbagai belahan dunia ini tidak terbuka untuk umum, bahkan sekalipun mencoba menghubungi De Smedt. De Smedt mengatakan bahwa adonan-adonan itu masih milik pabrik roti rumahan, sehingga dia tidak bisa membagikannya.