Mengenal Kopi Koteka, Kebanggaan Warga Oksibil Papua
- VIVA/Isra Berlian
VIVA – Tidak hanya dianugerahi oleh pemandangan alam yang indah, tanah Papua juga menyimpan hasil bumi berupa kopi yang tidak diragukan lagi kenikmatannya. Jika umumnya masyarakat mengenal kopi dari Papua, yakni Wamena, ternyata kopi Pegunungan Bintang juga memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kopi lainnya yang ada di Indonesia.
Bupati Oksibil, Costan Oktemka menyebut kopi Pegunungan Bintang jenis Arabica ini telah ada sejak tahun 1970. Keberadaannya pun tidak lain karena kala itu seorang misonaris dari Belanda menanam kopi jenis Arabica. Tidak tanggung-tanggung, peminat kopi itu pun cukup tinggi, tak hanya di dalam negeri tapi juga meluas ke Australia, Selandia Baru, Eropa dan lainnya.
Permintaan yang cukup tinggi bahkan sempat membuat masyarakat kewalahan. Oleh karena itu, dia pun menginisiasi program tanam kopi di seluruh Pegunungan Bintang termasuk membantu memberikan fasilitasi tempat penyimpanan kopi agar dapat memaksimalkan produksi biji kopi kering dan kopi basah.
"Ada lima distrik yang tanam kopi, kami dorong untuk melakukan penanaman kopi untuk kepentingan pendapatan keluarga," ucap dia di Alenia Papua Coffee and Kitchenm Kemang, Jakarta Selatan, Kamis, 3 Mei 2018.
Pihaknya pun kini tengah fokus mengemas brand kopi koteka, yakni kopi khas Pegunungan Bintang dengan packaging di dalam koteka kecil.
"Koteka adalah program unggulan, kemasannya dalam bentuk koteka. Koteka sendiri merupakan tanaman asli di Pegunungan Bintang, kami kasih label ini agar kotekanya tetap lestari," ujar dia.
Keunggulan
Di sisi lain, ahli roaster Currious People Coffee, Hideo Gunawan di tempat yang sama menyebut, keunggulan kopi koteka dibanding dengan 9kopi-kopi lain adalah rasanya yang begitu enak. Mengingat kopi ini ditanam di atas ketinggian 1.900 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
"Ketinggian di Wamena 1.500 mdpl. Sedangkan di Oksibil ketinggiannya pohon kopinya ada di 1.900 hingga 2.000. Kalau berada di atas 1.800 rasanya luar biasa dengan proses yang baik," ucap dia.
Selain itu, karena berada di ketinggian 1.900 hingga 2.000 mdpl, membuat proses pematangan biji kopi itu lama dan secara otomatis membuat kualitas kopi semakin baik.
"Untuk kopi itu di suhu 18-23 derajat (celsius) idealnya. Pematangan kopi makin dingin, makin baik karena pematangan kopi lambat," tuturnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa waktu matang kopi yang memakan waktu lebih lama membuat zat gizi yang ada di dalam biji kopi itu semakin tinggi. Belum lagi proses pengupasan biji kopi yang masih menggunakan tangan membuat kopi ini semakin enak.
"Karena kalau pakai mesin ada gesekan sehingga panas. Musuhnya kopi (adalah) panas," kata dia.
Untuk rasa, kopi ini lebih mengarah pada tipikal rasa citrus. "Dekat dengan rasa berry, jeruk, peach. Asam tinggi, rasanya penilaiannya makin baik," kata dia. (je)