Kisah Sukses Sang Ratu Pisang Goreng
- VIVA/Rintan Puspitasari
VIVA – Jam masih menunjukkan pukul 10.00 WIB, tapi antrean di depan toko Pisang Goreng Madu Bu Nanik sudah cukup panjang. Memasuki toko, di sebelah kiri terdapat toko dengan makanan ringan yang berjajar rapi, serta lemari pendingin tempat menyimpan minuman, sementara di sisi kanan terdapat ruang cukup besar tempat puluhan penggorengan berjajar untuk menghasilkan pisang goreng terkenal itu.
Kesibukan sudah terlihat di sana sini. Seorang wanita cantik berkebaya juga tampak sesekali sibuk memantau pekerjaan karyawan, dan bahkan sempat bersenda gurau dengan pelanggan hingga driver ojek online yang tengah menjemput pesanan pelanggannya.
Sambutan hangat dari pemilik pisang goreng madu terkenal tersebut sama manisnya dengan sepotong pisang goreng madu yang disajikannya bersama sebotol kopi grass jelly.
Sukses menjadi ratu pisang goreng, usahanya ini ternyata dimulai secara tidak sengaja. Nanik Soelistiowati, sang pemilik yang sebelumnya selama bertahun-tahun terjun di bidang katering dan menyediakan katering untuk karyawan beberapa hotel bintang empat dan lima di kawasan Jakarta, tiba-tiba saja beralih dan fokus berjualan pisang goreng.
Ternyata, itu berawal dari perasaan tak tega membuang pisang-pisang kurang bagus yang ditolak hotel pelanggan kateringnya. Ia pun menggoreng pisang-pisang tersebut untuk dikonsumsi sendiri.
"Mereka (hotel) kritis banget. Kalau pisangnya enggak bagus, enggak mau ambil. Sayang kalau dibuang, saya goreng, dimakan saya,” ujarnya saat ditemui di Toko Pisang Goreng Madu Bu Nanik di Jalan Tanjung Duren Raya No. 67, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Jumat, 20 April 2018.
Ia lantas memutar otak agar sang ibu yang merupakan penggemar pisang goreng dan menderita penyakit diabetes bisa ikut mengonsumsi pisang goreng tadi.
“Kalau orang Jawa biasanya penggemar pisang goreng, ibu saya ada diabetes. Kalau makan pisang, gulanya langsung tinggi. Terus gimana kalau enggak pakai gula, hambar rasanya. Saya tiap pagi minum teh sama madu. Nah, kita kasih madu sedikit, mereka suka dan hasilnya lebih bagus," kata Nanik.
Dibilang Pisang Gosong
Pisang buatannya tak lantas digemari begitu saja. Karena tampilannya yang hitam seperti gosong, membuat orang sempat berpikir negatif. Bahkan tak sedikit yang menjuluki pisang gorengnya dengan 'pisang gosong'. Padahal warna coklat kehitaman pisang gorengnya karena madu di dalamnya terkaramelisasi saat dimasak.
Namun, tak ada hasil yang mengkhianati kerja keras. Setelah sempat hanya bisa menjual kurang dari 20 pisang goreng per harinya, kini pisang goreng madu Nanik bisa terjual hingga ribuan dalam sehari.
"Sehari 20 saja susah, kasih tester pasti orang bilang 'pisang gosong. Tapi lama-lama, saya suksesnya ikut bazar-bazar, terus saya mungkin mulai buka di depan, dari mulut ke mulut, cobain. Tahun 2007 mulai booming," ucap Nanik.
Membuka usaha sejak subuh, pisang gorengnya biasa diambil para tengkulak dari banyak tempat yang kemudian menjual kembali pisangnya hingga ke kafetaria gedung-gedung seperti di Menara Sampoerna, Pasar Baru, Tanah Abang, Mangga Dua. Meski demikian, Nanik tak pernah keberatan para tengkulak yang mengambil pisang dari tempatnya tak mencantumkan namanya lagi.
Semangat Kartini
Sebagai ibu dari dua orang anak yang telah beranjak dewasa, dan juga wirausaha, Nanik tak kesulitan membagi waktu. Dia merasa beruntung karena bisa bekerja dari rumah, dan tetap bisa mengurus dua buah hatinya. Wanita yang tengah berbahagia karena baru saja mendapatkan seorang cucu ini mengaku sangat terinspirasi dari sosok Kartini.
"Panutan kita. Kita paling nirunya harus kuat, jangan menyerah, usaha pasti ada up and down, harus ulet. Kalau saya sekarang harus punya semangat yang memicu untuk terus berusaha dan membantu sekitar kita. Saya juga kerja sama sama UKM sekitar," kata Nanik yang ikut membantu wirausaha kecil di daerah sekitarnya.
Nanik juga tak lupa akan tugasnya sebagai manusia pada umumnya yang harus membantu mereka yang hidup dalam kekurangan. Mengaku terinpirasi dari sosok Anne Avantie, Nanik merasa terketuk hatinya dan rutin membantu anak yatim piatu di daerah sekitarnya. Terlebih saat secara tak sengaja dirinya mengetahui salah satu anak di sana dipungut ketika ditinggal orang tuanya di kandang kambing.
"Saya pengin kayak Annae Avantie, dia sukses bukan untuk diri sendiri, berbagi untuk kaum dhuafa, yang cacat. Saya belum bisa seperti itu, baru bisa menjangkau di sekeliling sini yang yatim piatu," kata wanita yang enggan menyebut berapa omzet hariannya dari berjualan pisang goreng tersebut.
Selain pisang goreng, toko milik Nanik juga menyediakan berbagai makanan ringan, macam ubi, nanas, nangka, cempedak, yang semuanya digoreng madu. Ada pula sukun goreng madu dan sukun goreng asin, camilan lain seperti ote-ote, kampi ayam, risoles spaghetti, martabak granat, tahu tempur hingga nasi bakar spesial. Belum lagi berbagai jajanan ringan yang tersedia di toko yang siap untuk dijadikan oleh-oleh.