Awas, Makan Cabai Bisa Sebabkan Pendarahan di Otak

Ilustrasi cabai.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Seorang pria  di Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam sebuah kontes makan cabai terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi salah satu cabai terpedas di dunia. Setelah makan cabai bernama Carolina Reaper itu, pria berusia 34 tahun tersebut mulai merasakan sakit di lehernya, diikuti dengan sakit kepala yang teramat sangat.

Daftar Harga Pangan 19 November 2024: Beras hingga Telur Ayam Naik

Tak hanya itu, ia juga merasakan beberapa episode nyeri hebat di sekujur tubuhnya yang meningkat dalam hitungan menit.

Dilansir dari laman The Guardian, Selasa, 10 April 2018, cabai Carolina Reaper memiliki tingkat kepedasan hingga 2,2 juta skala Scoville. Cabai tersebut pernah dinobatkan sebagai cabai terpedas di dunia pada tahun 2016. Namun, cabai baru yang dinamakan Pepper X dan Dragon's Breath dilaporkan punya tingkat kepedasan yang jauh lebih tinggi.

Daftar Harga Pangan 18 November 2024: Bawang hingga Telur Ayam Naik

Sebagai perbandingan, Cayenne, cabai merah yang umum ada di Indonesia punya tingkat kepedasan 25 ribu-50 ribu Skala Scoville. Sedangkan cabai rawit pedasnya mencapai 30 ribu-60 ribu skala Scoville.

Baca: Pepper X, Spesies Cabai Terpedas di Dunia

Daftar Harga Pangan 14 November 2024: Beras hingga Bawang Naik

Ilustrasi cabai

Detail tentang insiden tersebut yang telah dipublikasikan di jurnal BMJ Case Reports mengungkapkan, bahwa rasa sakit yang dirasakan kontestan malang itu sangat luar biasa, membuatnya harus dibawa ke ICU.

"Sakit kepala hebat bertahan selama beberapa menit dan mungkin dikaitkan dengan sesak napas, mual dan muntah, lalu akan membaik dengan sendirinya. Namun, kondisi itu akan terus kembali terasa," ujar Dr Kulothungan Gunasekaran dari Henry Ford Health System di Detroit, penulis laporan tersebut.

Baca: 12 Cabai di Dunia, Ada yang Pedasnya Enggak Masuk Akal

Ia juga mengatakan, bahwa sakit kepala yang dirasakan setelah makan cabai itu bisa disebabkan oleh beberapa hal, termasuk pendarahan di dalam otak atau pembekuan darah.

Sang pria kemudian diketahui mengalami reversible cerebral vasoconstriction syndrome (RCVS), terlihat dari pembuluh darah arteri di otak yang menyempit. Kondisi itu kemungkinan disebabkan oleh sakit kepala hebat yang ia rasakan. Untungnya, lima minggu kemudian, hasil CT scan menunjukkan pembuluh darah arteri di otaknya telah kembali normal. Dalam kasus langka, RCVS bisa menyebabkan stroke. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya