Serunya Wisata Kuliner di Pasar Malam Selandia Baru
- VIVA/Tasya Paramitha
VIVA – Saat traveling ke suatu tempat baru, mengunjungi pasar tradisional adalah salah satu cara untuk mengenal budaya masyarakatnya. Anda juga bisa menemukan berbagai kuliner lokal otentik, dengan harga yang tentunya jauh lebih murah dibandingkan di restoran maupun hotel.
Hal itulah yang VIVA lakukan saat berkunjung ke Rotorua, Selandia Baru untuk memenuhi undangan dari Tourism New Zealand (TNZ) beberapa waktu lalu. Kala itu kami sempat mampir ke nightmarket alias pasar malam di pusat Kota Rotorua.
Karena di sana matahari baru terbenam sekitar pukul 20.30 waktu setempat, maka pasar malamnya berbeda dengan yang ada di Indonesia. Langit masih sangat terang dan suasananya terasa seperti sore hari.
Banyak stand penjual yang berjejer rapi di jalan. Jalan tersebut memang sengaja ditutup saat pasar malam itu dibuka. Ada stand penjual sayur mayur dan buah-buahan, kios penjual bunga, aksesori lukisan hingga pernak pernik.
Kemudian ada bagian khusus stan penjual makanan yang menawarkan deretan street food atau jajanan pinggir jalan. Pantas saja dari jauh kami sudah bisa mencium aroma masakan lezat.
Tak hanya hidangan khas Selandia Baru seperti daging panggang, salad, sup dan kentang tumbuk, banyak pula kios yang menjual kuliner Thailand, China, Jepang dan bahkan Spanyol. Rata-rata penjualnya merupakan imigran yang berdagang makanan khas negara asalnya.
Saat pertama melihat deretan kuliner lezat yang langsung dimasak di depan mata, kami langsung berpikir akan mencicipi banyak makanan. Nyatanya, baru makan dua jenis menu saja perut kamu sudah kekenyangan. Apalagi porsi makanannya terbilang cukup besar untuk dimakan satu orang.
Waktu itu kami membeli daging barbekyu. Kami bisa memilih daging ayam, sapi, domba atau babi. Tiga tusuk daging panggang dihargai NZ$10 atau Rp99 ribu. Anda juga bisa mengambil saus pendamping sesuai selera Anda sebagai cocolan.
Kami juga mencicipi dim sum yang ternyata sangat populer di sana. Meski antrean mengular panjang di depan kiosnya, namun kami tetap rela menunggu giliran lantaran penasaran akan cita rasanya.
"Di sini dim sum sedang nge-tren. Orang-orang di Rotorua sangat suka makan dim sum China," ujar Kim McVicker, pemandu wisata kami yang merupakan warga asli Rotorua.
Satu porsi berisi 10 buah dim sum yang gemuk-gemuk dihargai NZ$8 atau Rp79 ribu. Rasanya juga sangat lezat, apalagi isian dagingnya banyak. Alhasil kami pun kekenyangan dan tak sanggup untuk makan lagi. Padahal banyak pula stand penjual hidangan pencuci mulut, seperti pastry, donat, roti dan aneka kue manis.
Menurut Kim, warga lokal sana datang ke pasar malam bukan cuma untuk berbelanja, melainkan untuk makan dan bertemu dengan tetangga, teman atau bahkan rekan kerja mereka. Karena Rotorua merupakan kota kecil, jadi orang-orang di sana saling mengenal satu sama lain.
Pasar malam ini juga menjadi destinasi wisata populer di kalangan wisatawan, terutama bagi mereka yang berwisata ke Selandia Baru dengan menyewa campervan dan melakukan roadtrip menjelajahi pulau. Campervan sendiri adalah mobil van yang memiliki berbagai fasilitas, mulai dari tempat tidur, dapur hingga kamar mandi sendiri.
"Mereka biasanya belanja bahan makanan di sini lalu memasaknya sendiri di campervan mereka," ucap Kim.